ITS News

Jumat, 27 September 2024
23 November 2006, 15:11

Rancang Wind Turbin Generator, Raih Brits Award

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ditemui di ruangannya, Selasa (22/11) pagi, Ridho Hantoro menjelaskan mengapa pembuatan wind turbin generator dilakukannya di Pulau Sapeken. "Pulaunya sangat kecil, lebih luas kampus ITS ini malah, tapi penduduknya sangat padat. Keberadaan listrik disana sangat memprihatinkan. Listrik hanya dinyalakan dari jam lima sore hingga enam pagi. Itupun kalau kena black out, bisa tidak ada listrik disana," papar dosen Teknik Fisika ini.

Keberadaan diesel yang dimiliki beberapa penduduk disana juga tak banyak membantu karena harga solar yang mahal. "Sapeken pulau terpencil, untuk sampai kesana harus menggunakan kapal perintis yang datangnya sepuluh hari sekali. Pasokan solar pun langka dan harganya sangat mahal," papar pria kelahiran Karanganyar, 23 Desember 1976 ini. Sebab berbatasan dengan laut, kecepatan angin di pulau yang berada di kabupaten Sumenep ini sangat kencang yakni sekitar 4-5 meter per detik.

Dari beberapa pertimbangan serta masukan dari kenalannya itulah, ia memilih Pulau Sapeken sebagai tempat pemasangan wind turbin generatornya. Dana USD 3000 yang didapatnya dari Brits Award tersebut kemudian dikembangkannya menjadi sebuah pilot project bertemakan renewable energy.

Penelitian ini juga melibatkan beberapa mahasiswa di Laboratorium Rekayasa Energi Teknik Fisika yang dikelolanya. Tiga orang diantaranya malah menjadikannya sebagai kerja praktek.

Seluruh proses pembuatan dikerjakan bersama tim mahasiswanya. Mulai dari desain, pemotongan alumunium sebagai blade, pengelasan, hingga pembuatan pondasi. "Kenapa kami pakai local content adalah agar nantinya masyarakat di Sapeken dapat dengan mudah memperbaiki dan mengganti alatnya apabila ada kerusakan. Kalau masyarakat disuruh beli jadi akan mahal ongkosnya, alat yang mahal, pengiriman mahal, juga harus bawa mekanik dari sana," papar suami Dina Novita SE ini.

Demi melaksanakan transfer knowledge kepada masyarakat, ia pun memberikan desain wind turbin generator tersebut kepada masyarakat Pulau Sapeken. Proses pemasangannya sendiri juga melibatkan masyarakat seperti pemasangan pondasi untuk tiang setinggi delapan meter.

"Saya menyukai penelitian yang bersifat community development. Masyarakat janganlah dianggap sebagai objek tapi ikut sertakan dalam penelitian sebagai subjek. Saya meyakini bahwa masyarakat kita tidaklah bodoh, hanya mereka belum mau tahu karena belum ada ketertarikan," ungkap bapak satu anak ini.

Dan terbukti usai pemasangan wind turbin, banyak warga yang mulai berdatangan dan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya dilakukan Ridho Hantoro bersama tim. "Tak masalah jika harus menjelaskannya berkali-kali, seperti siaran ulang. Ada kepuasan tersendiri,". Permintaan pemasangan wind turbin juga sempat diterimanya dari masyarakat sekitar.

Uji coba terhapa Wind Turbin kemudian dilakukan. Melalui AVO meter digital yang mereka bawa tercatat tegangan keluaran sebesar 70 Volt. Daya yang dihasilkan adalah berkisar antara 0,7 hingga 1 Kilo Watt. Mereka pun mulai melakukan instalasi untuk penerangan jalan di sekitar Kecamatan, tempat mereka memasang wind turbin dengan enam blade ini.

"Indonesia memiliki sekitar 18.160 pulau. Operasional PLN tidak sanggup untuk membiayai pemasangan listrik hingga ke pulau-pulau terpencil. Adanya pemahaman di masyarakat bahwa angin juga bisa menghasilkan listrik perlu diberikan," ungkap dosen berkacamata ini. (ftr/rif)

Berita Terkait