ITS News

Sabtu, 28 September 2024
30 Mei 2007, 11:05

ITS Runner Up Desain Perumahan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

UK Petra mengadakan lomba desain perumahan bertaraf nasional yang bertajuk Vitec Ivory Palace. Kegiatan ini sendiri sebenarnya telah mulai bergulir sejak pertengahan Maret lalu, yang mengharuskan tim dari berbagai perguruan tinggi mendesain suatu hunian berkonsep modern minimalis, sistem cluster dengan lahan seluas 20 hektare. Hunian tersebut, mencakup tiga tipe rumah; tipe 57, tipe 87 dan tipe 127, dan dilengkapi fasilitas ruko dan clubhouse.

Sedangkan awal Mei (7/5) lalu telah dilakukan presentasi hasil karya masing-masing tim dihadapan dewan juri. Dan salah satu tim yang bertahan sampai final, bahkan meraih posisi runner up adalah tim ITS.

Meski tidak menjadi juara pertama, tim kolaborasi mahasiswa jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil yang beranggotakan; Anugrah Wicaksono (T. Sipil ’03), Muhammad Taufiq (T. Sipil ’03), Yogi Mahardika (T. Sipil ’03), Wienda Novita (Arsitektur ’04) dan Indah Nildha (Arsitektur ’04), layak berbangga dengan hasil karya mereka. Pasalnya, salah satu dewan juri dari pihak developer, dalam sambutan akhir, menyatakan sebenarnya kandidat kuat unggulan juara adalah tim ITS.

”Setelah pengumuman pemenang. Dalam sambutan, juri dari developer mengatakan entah mengapa justru Binus yang menjadi juara bukan ITS. Padahal dia sendiri mengunggulkan desain kami,” ungkap Anugrah.

Dalam lomba ini, yang menjadi penilaian memang tidak hanya dari segi desain master layout perumahan saja. Melainkan, ada beberapa hal yang memang memungkinkan adanya kolaborasi beberapa jurusan untuk mengerjakannya. ”Lomba ini juga mencakup inovasi struktur, feasible anggaran biaya, bahkan sampai penerapan feng-shui pada bangunan,” kata Yogi. Semua itu, imbuhnya, diarahkan untuk membuat desain hunian yang marketable.

Sebenarnya, lanjut Taufik, anggota lain, tak ada yang spesial dari desain mereka jika dibandingkan dengan kontestan lain. Tapi entah mengapa, kandidat kuat juara dari dewan juri yang terdiri dari dosen UK Petra dan pihak Developer adalah tim Anugrah dkk. ”Dilihat dari inovasi struktur kita hampir tidak ada yang baru. Kami pakai standar bangunan biasa karena menurut kami akan mempermudah perhitungan dan harganya akan wajar. Mungkin itu yang menarik, harga kami presisi sehingga berpeluang bisnis,” ungkap Taufik.

Mengenai arsitektur, desain mereka cukup unik. Sistem sirkulasi yang digunakan adalah sistem radial dengan one gate system, sehingga memudahkan dalam mencapai hunian serta menjamin keamanan. Konsep modern minimalis yang digulirkan panitia, ditanggapi dengan cermat melalui gambaran hunian kotak tidak monoton dengan pulasan warna putih-hitam-ungu yang menjadi ciri khas desain ini.

Selain itu, mereka juga menghadirkan konsep hunian cluster asri, yang dibagi empat cluster yang masing-masing dikelilingi taman. ”Kami sangat memperhatikan segi bisnis, dengan mengejar pasar kelas menengah, kami gunakan presentase berbeda dari biasanya. Rumah mewah, menengah dan sederhana berbanding 5;5;3,” kata Wienda, salah satu arsitek dalam desain ini. Dikatakannya pula, pada tiap cluster terdapat mixing dari tiga tipe rumah yang ada.

Lalu, bagaimana dengan penerapan feng-shui? dikatakan Nildha, desain ini mengunakan air sebagai perwujudan energi chi. ”Supaya energi tetap kuat, kami gunakan peruntungan kolam pada tiap tipe rumah,” kata Nildha. Selain itu, imbuhnya, juga diperhatikan pula beberapa patokan fengshui sederhana, semisal tidak menempatkan beberapa ruang pada satu lorong.

Ditanya mengenai rumah tusuk sate pada hunian, mereka mengakui mungkin itu salah satu penyebab mereka tidak meraih juara pertama. ”Pada maket kami ada enam rumah yang tusuk sate. Hal itu karena kami berorientasi bisnis, rumah dibuat menghadap utara dan selatan agar tidak panas di pagi maupun sore hari, dan itu sangat disukai customer,” tutur Nildha.

Sempat pesimis dan ubah desain
Perjalanan Anugrah dkk meraih posisi runner-up pada lomba desain perumahan yang dihelat UK Petra tidak sekadar berjalan lempeng begitu saja. Tim ini sempat merasa kecil hati, pesimis bahkan sampai mengubah desain yang mengakibatkan waktu perhitungan struktur dan biaya mepet.

Anugrah mengatakan, yang pertama kali mengawali terbentuknya tim ini adalah Wienda dan Nildha. ”Awalnya yang sudah bersedia mereka berdua, lalu kami yang dari Teknik Sipil diajak bergabung,” ungkapnya. Diakui Anugrah, langkah awal mereka dalam lomba ini sempat mengalami kendala. ”Awalnya kami sempat pesimis, technical meeting saja kami terlambat dan diberi hasil rekamannya oleh panitia,” kenang Anugrah tersenyum.

Saat proses penggarapan, desain pun tidak serta merta berjalan lancar. Dari desain pertama yang dibuat sang Arsitek (Winda dan Nildha), ternyata masih ada kekurangan. "Tapi tidak tahu bagian mana. Lalu kita meminta komentar pak Suwarno, dosen Teknik Sipil, " tandasnya. Dikatakan Nildha, saat itu pak Warno memberi komentar desain kami kurang modern dan menjual. ”Komentarnya, desain kami seperti pabrik krupuk. Akhirnya kita melakukan desain ulang,” ungkapnya.

Desain ulang itu juga, menyebabkan molornya perhitungan struktur dan biaya yang telah direncanakan. ”Kami pun harus rela bergadang di selasar kampus untuk mengerjakannya,” tandas Taufik.

Saat menjelang presentasi hasil karya pun, diakui mereka, sempat berkecil hati dengan karya yang dibawa. Itu karena saingan yang hadir cukup berat antara lain dari ITB dan UGM. Karya yang diusung kontestan lain juga sangat inovatif dari segi struktur. ”Secara keseluruhan, kami baru optimis juara setelah presentasi karya kami. Presentasi kami lancar. Hanya ditanya mengenai masterplan, yang lain dianggap sudah pas oleh dewan juri,” komentar Taufik bangga disambut anggukan rekannya.

Tak hanya menyabet gelar juara kedua, tim Anugrah dkk juga meraih penghargaan maket ter-efisien. Pada lomba ini, juara pertama diraih Binus UK Petra dan juara ketiga diraih UGM. Tim ITS sebagai juara kedua berhak atas hadiah berupa piala, piagam dan uang tunai sebesar lima juta rupiah. (asa/th@)

Berita Terkait