ITS News

Sabtu, 28 September 2024
03 Desember 2007, 14:12

Srikandi Pemimpin di Kampus Maskulin

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tidak banyak yang mengira, gadis dengan pembawaan ceria dan tinggi rata-rata ini ternyata mampu memimpin sebuah organisasi yang sudah cukup lama berdiri. Sembari menyeruput kuah soto panas pagi itu, Nora bercerita tentang visinya, kepemimpinannya, hingga cita-cita yang diidamkannya.

Terlahir dengan nama Nora Angela, masa kecil Nora banyak dihabiskan di kampung halamannya Probolinggo. Nora mengisahkan, ketika kecil ia sering bermain dengan teman sebaya yang laki-laki. Pernah pula dirasakannya bermain bola, dan beragam permainan yang lazim dimainkan oleh anak lelaki. “Lha gimana mas? Seumuran saya di komplek cuman saya yang perempuan,” ujar Nora terkekeh. Nora kecil juga tampaknya sudah tertarik dengan hal-hal yang berbau organisasi. Menginjak bangku sekolah ia pun memilih aktif mengikuti kegiatan kepanduan, Pramuka.

Menginjak dewasa, perempuan berkacamata ini malah menerjunkan diri pada beberapa organisasi yang aktif diikutinya. Diantaranya adalah OSIS dan PII (Pelajar Islam Indonesia). Menjadi Kahima sendiri awalnya tidak pernah terlintas di benak Nora. Awal pengajuan dirinya saat itu hanya termotivasi untuk meramaikan bursa calon Kahima di jurusan Teknik Sipil. Sampai akhirnya Nora terpilih, maka tidak ada jalan lain kecuali mengemban amanat ini dengan sebaik-baiknya. ”Sedihnya, jika masih ada orang yang beranggapan bahwa kepemimpinan wanita itu tidak lebih baik daripada pemimpin laki-laki,” ujar Nora.

Kehidupan organisasi ini pula yang tampaknya banyak membentuk pribadi seorang Nora yang tegas. “Kami ini tidak bisa diam jika ada penindasan mas,” sambung Nora saat menjelaskan karakteristik kepemimpinannya yang berani.

Itu pula alasan Nora saat menyikapi isu yang berkembang baru-baru ini, ITS menjadi BHP. Nora dengan tegas menolak konsep itu. Baginya itu adalah sebuah penindasan pemerintah terhadap rakyat. Baginya, efek yang diakibatkan jika diterapkannya PT-BHP adalah kerugian jangka panjang. ”Kalo sekarang ndak keliatan mas, tapi nantinya mahasiswa seperti saya yang berasal dari keluarga ndak punya ini cukup berat untuk menerima itu,” ujar Nora serius.

Baginya pendidikan adalah aspek serius yang menjadi kawajiban pemerintah. Konsistensi Nora memperhatikan nasib pendidikan tampaknya sejalan dengan cita-citanya menjadi dosen di almamaternya ini. ”Saya pengen jadi dosen,” ungkap Nora menjelaskan cita-citanya.

Ditanya mengenai motto hidupnya, sembari tersenyum Nora menjawab dengan setengah bercanda, ”Mirip iklan Sprite kok,” ujarnya mengakhiri. (ap/asa)

Berita Terkait