ITS News

Jumat, 27 September 2024
09 Juni 2008, 10:06

Cahyo, Coba Perbaiki JMMI Dalam Waktu Enam Bulan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketika ia mendengar namanya disebutkan, air matanya langsung menetes. Perasaan heran, kaget, dan rasa haru bercampur aduk. “Saya heran, kok bisa semua anggota badan langsung bergetar, mungkin ini juga yang dialami ketua-ketua JMMI sebelumnya,” ungkapnya ketika ditemui di Masjid Manarul Ilmi. Perasaanya sedikit terobati ketika teman-teman sesama pengurus harian langsung memeluknya dan memberikan semangat kepadanya agar terus berjuang.

Ia akui bahwa menjadi seorang Ketua Umum JMMI bukan merupakan permasalahan yang sederhana. “Kepercayaan dan tanggung jawab ini bukan hanya dipertanggungjawabkan di dunia tapi juga akan ditagih di akhirat kelak. Itulah beban berat yang selalu terlintas,”ujar Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ITS angkatan 2004 ini.

Saat kepemimpinannya yang singkat nanti, ia sendiri berencana melakukan perbaikan-perbaikan pada hal kecil yang selama ini dilupakan JMMI dengan bermodal slogan perubahan adalah sebuah keniscayaan. “Kita sering berbicara profesionalitas, tapi untuk hal-hal yang kecil kita sering lupa. Misalnya dalam hal kerapihan administrasi, ketepatan penyerahan LPJ dll,” tuturnya.

Ia menyoroti kondisi internal dan status dari kader JMMI yang sering menimbulkan kerancuan. “Kita akan membedakan siapa-siapa saja yang bisa disebut kader JMMI, karena selama ini data kader banyak namun ketika di lapangan hanya orang itu-itu saja yang terlihat,” tegasnya.

Di sisi lain, ia juga ingin membangun kembali sebuah hubungan dakwah yang integral. “Terorganisirnya Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Jurusan (FSLDJ) harus menjadi inti dari
dakwah integral pada tingkat institut sampai tingkat jurusan,”
jelasnya.

Cahyo sendiri terhitung sudah tiga periode duduk di jajaran Pengurus Harian. Mulai dari kiprahnya menjadi Kepala Tim Pusat Komunikasi (Puskom) JMMI. Lalu pada periode berikutnya menjadi Kepala Departemen (Kadept) Humas dan akhirnya menjadi Ketua Umum JMMI. “Tiga kali PH tapi dengan tiga tanggung jawab dan bidang kerja yang berbeda,” tutur peraih beasiswa aktivis dari Depdiknas ini.

Dalam hal kepemimpinan, selain mengidolakan Nabi Muhammad SAW, ia juga terkesan dengan kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Azis. Ia menceritakan bahwa ketika beliau memimpin, dalam tempo dua tahun tiga bulan beliau sudah bisa menyejahterakan seluruh rakyatnya. “Ketegasan beliau dalam membedakan antara kepentingan pribadi dan negara menjadi sebuah prestasi yang sangat menakjubkan,” jelas pria asal Solo ini.

Ketika berbicara prinsip hidup, dengan lantang ia menyebutkan salah satu bacaan dalam sholat. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukkan-Nya, dan aku dari golongan orang muslimin,” tegasnya. (bah/han)

Berita Terkait