ITS News

Sabtu, 28 September 2024
21 Agustus 2008, 15:08

Rukmi Hadihartini, Figur Kartini Masa Kini

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Rukmi muda adalah seorang mahasiswi yang aktif dalam berorganisasi. Berbagai macam organisasi mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus telah diikutinya. Seperti senat mahasiswa atau sekarang lebih dikenal dengan BEM. Kemudian Rukmi juga aktif dalam salah satu organisasi independen di luar kampus. Yaitu, Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS). Dengan kegiatan sebanyak itu, tidak berarti bahwa Rukmi mengesampingkan urusan akademik. Baginya, organisasi dan akedemik harus berjalan seimbang dan saling melengkapi.

Sepak terjangnya dalam dunia organisasi kemahasiswaan itu diyakininya telah banyak memberikan manfaat. Hal ini dirasakan setelah beliau memasuki kehidupan dunia kerja maupun sosial sehari-hari. “Salah satunya, pada waktu lulus dan mulai bekerja kita jadi tidak canggung untuk menghadapi masyarakat, pejabat atau siapapun,“ tutur wanita yang mempunyai hobi membaca dan traveling ini.

Memang, Rukmi terlihat sebagai sosok perempuan yang penuh percaya diri dan mempunyai kemampuan komunikasi yang sangat baik dengan lingkungan sekitarnya. Kenyataan itu salah satunya juga didukung karena seringnya mengikuti pelatihan kepemimpinan dan softskill sejak duduk di bangku perkuliahan. Sehingga ia pun sangat siap ketika mulai terjun dalam dunia kerja.

Lewat prestasi akademik, tahun 1977 Rukmi berhasil menjadi mahasiswa ikatan dinas Beasiswa Pertamina. Beasiswa ini menjadi salah satu jenis beasiswa yang bergengsi saat itu. Dua tahun kemudian saat akan menyelesaikan tugas akhir, Rukmi telah dipersunting oleh mahasiswa Kedokteran Unair, Dono Utoro. ”Bertemu dengan pacar yang sekarang jadi suami itu karena kami aktif dalam organisasi yang sama,“ ujarnya sembari terseyum.

Dengan tekad kuat dan dukungan penuh yang diberikan sang suami untuk terus berkarya. Pada tahun berikutnya, 1980 Rukmi mengikuti Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST) sebagai training awal untuk menjadi seorang engineer di Pertamina. Ini adalah awal karir Rukmi di salah satu perusahaan minyak nasional terkemuka di Indonesia. Beruntung Rukmi ditempatkan pada lokasi yang sama dengan tempat dinas suaminya sebagai seorang dokter. Yaitu, di kilang minyak Plaju dan Sungai Gorong, Sumatera Selatan.

Di Sumatra Selatan pula Rukmi melahirkan dua anak laki-lakinya. Faktor jarak yang dekat antar kantor dan rumah tinggal pun diakui Rukmi sangat membatunya dalam menunaikan tugas sabagai seorang istri dan ibu dalam rumah tangganya. Keharmonisan rumah tangga pun berusaha beliau jaga sebaik mungkin. “Saya memberikan asi bagi kedua anak saya. Malah ketika anak pertama, saya mampu menyusui sampai dia berumur dua tahun,“ papar wanita yang didampuk menjadi pembicara dalam Talk Show Women’s Forum di ajang bergengsi World Petroleum Congress ke 19 di Feria de Madrid, Spanyol awal Juli lalu.

Di samping terus berusaha untuk profesional dalam karirnya, keluarga adalah prioritas utama bagi Rukmi. Bahkan di sela-sela kesibukannya sekarang, Rukmi masih menyusun sendiri menu makanan sehari-hari untuk keluarganya. “Walaupun dalam memasak dibantu oleh pembantu rumah tangga, saya tetap yang menyiapkan menu makanannya,“ tambahnya.

Hari-hari libur dimanfaatkan Rukmi semaksimal mungkin untuk urusan keluarga. Walaupun tidak jarang harus ada urusan kantor yang mendesak untuk diselesaikan saat itu juga. Sehingga Rukmi pun selalu membagi waktunya secara selektif antara tugas dan keluarga. “Bahkan di malam minggu atau hari libur bersama sudah menjadi kebiasaan keluarga kami untuk makan bersama di luar,“ ujar perempuan yang juga akrab disapa dengan panggilan Tini.

Kesungguhannya dalam bekerja seakan terpatri dalam dirinya. Perjalanan karirnya selalu menunjukkan progres yang signifikan. Selama tahun 1988 hingga 2001 Rukmi menduduki Direktorat Pengolahan, sebagian besar dihabiskan di bidang Engineering. Pada Maret tahun 2006 Rukmi diangkat menjadi Kepala Divisi SDM. Tak lama kemudian pada Juli 2006 diangkat menjadi Deputi Direktur Pengembangan SDM dan Organisasi.

Meski begitu, karier yang terus menanjak tidak membuat Rukmi lupa akan fitrahnya. “Walaupun dalam dunia kerja saya harus mempunyai mental sebagai seorang pemimpin. Tapi dalam rumah tangga suami saya adalah imam saya, “ ujarnya kemudian.

Dua puluh empat hari sebelum usia Rukmi genap 55 tahun, Rukmi mengisi salah satu posisi dewan direksi PT Pertamina, Direktur Pengolahan. Melalui penyaringan yang sangat ketat calon-calon itu lantas disaring dan dilakukan fit and proper test. Rukmi berhasil melewatinya dan dilantik langsung oleh menteri BUMN Sofyan Djalil melalui persetujuan Presiden RI Susilo Bambang Yodhoyono.

“Padahal saya berpikir akan pensiun di usia lima puluh lima,“ ujarnya terseyum. “Manusia hanya bisa berencana tapi Allah lah yang menentukan segalanya,“ tambah Rukmi yang menilai sebuah kesuksesan adalah bagaimana cara kita mensyukuri keberhasilan yang telah kita raih. Baginya kerja keras, komitmen, tanggung jawab, dan integritas menjadi faktor kesuksesan dalam perjalanan kariernya selama ini.

Melihat ITS Saat Ini
Menanggapi kenyataan yang beliau temui selama ini, sebagian alumni ITS masih ada yang kurang mempunyai rasa percaya diri. “Padahal dalam hal intelegensi kita sama sekali tidak kalah dengan PTN-PTN terkemuka lain di Indonesia,“ ujarnya.

Menurut Rukmi dalam dunia kerja, ITS adalah salah satu PTN unggulan yang diperhitungkan. ”Tapi ya kembali lagi, ketika sesi wawancara atau pun presentasi. Beberapa lulusan ITS kurang bisa menonjolkan diri dan menunjukan self confident,“ papar Rukmi.

Penampilan melalui kecakapan dalam berbicara adalah salah satu masalahnya. “Kalau kita mempunyai intelegensi tinggi tapi tidak bisa meyampaikan ide-ide yang terpikir dalam kepala kita, bagaimana orang lain tahu bahwa kita mempunyai kemampuan lebih,“ jelas wanita yang gemar membaca koran sejak kecil.

Untuk memperbaiki kekurangan tersebut, Rukmi menganjurkan agar lebih banyak materi softskill yang dimasukkan dalam kurikulum perkuliahan. Seperti halnya kemampuan berorganisasi atau pun presentasi ketika kegiatan proses belajar mengajar. Sehingga mahasiswa akan terbiasa dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi mengahadapi keadaan sosial sesungguhnya ketika terjun dalam dunia kerja. Dalam wawancara suatu tes kerja misalnya, kepercayaan diri adalah faktor yang sangat menentukan. ”Belajar menjadi seorang leader pun harus kita latih sejak mahasiswa,“ imbuhnya.

Dalam hal peningkatan kualitas, Rukmi menilai ITS sudah cukup bagus dan dapat bersaing. “Saya rasa untuk menjadi PTN nomor satu di Indonesia bukanlah hal yang mustahil. Melihat peningkatan-peningkatan yang berhasil dicapai ITS,“ papar anak ke empat dari lima bersaudara tersebut. “Sebagai alumni tentunya saya menginginkan yang terbaik bagi almemater saya. Sekarang tergantung mahasiswanya, apakah mereka sadar akan kekurangannya dan mau berusaha memperbaiki kekurangan tersebut,“ pesan Rukmi kepada mahasiswa ITS. (az/han)

Berita Terkait