ITS News

Minggu, 29 September 2024
07 Oktober 2008, 11:10

Bambang Piscesa, Awalnya Tak Senang Jadi Dosen

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Awalnya, pria kelahiran Bekasi, 18 Maret 1984 ini ingin berkarir di dunia konstruksi. Setelah diberi wawasan dosen pembimbingnya bahwa di luar ilmunya tidak akan banyak terpakai, Bambang pun memutuskan mengikuti saran dosennya untuk menjadi dosen. Kesediannya sekaligus menjadi proses regenerasi dosen Teknik Sipil di ITS. “Toh gak ada ruginya jadi dosen, apalagi sudah cocok dan enjoy di ITS,” ungkap pria yang memperoleh gelar masternya diumur 24 tahun ini.

Apa yang sedang dan akan dijalani Bambang tidaklah pernah direncanakan sebelumnya. Setelah lulus SMA, Teknik Sipil bukanlah tujuannya, bahkan ia kosongkan pilihan kedua dalam lembar pendaftaran SPMB. Ayahnya yang memaksa anak kedua dari tiga bersaudara ini untuk mencantumkan Teknik Sipil di pilihan kedua. Pilihan pertama ia tujukan pada Teknik Elektro ITS, almamater ayahnya sebelumnya. Apa mau dikata, ia justru diterima di jurusan Teknik Sipil.

Tahun pertama tentu saja tidak membuatnya betah, Bambang pun berencana mengikuti SPMB tahun berikutnya. Namun teman-teman seangkatannya meyakinkan dirinya untuk bertahan, dan ia pun semakin cocok dengan Teknik Sipil. Setelah lulus S1 tepat waktu pun, sebenarnya Bambang telah diterima di PT Pembangunan Perumahan (PP), namun ayah dan dosen pembimbingnya meyakinkan dirinya untuk meneruskan kuliahnya dulu.

“Alhamdulillah gak menyesal, justru bahagia!” ujarnya menyikapi jalan hidupnya. “Kalo sudah dipilihkan jalan, jalani saja sebaik-baiknya, kita di sana berarti kita yang terbaik di sana!” pungkas Bambang lagi. Pria yang dibesarkan di Sorowako Sulawesi Selatan ini pun memiliki moto; "jangan pernah menyerah karena terkadang keberhasilan sudah dekat dengan kita".

Bambang pun berpesan kepada para adik-adik mahasiswanya untuk yakin pada kemampuan diri sendiri dan jangan minder karena hanya sebagai lulusan dalam negeri. Pria berdarah Madura-Batak ini pun meyakinkan bahwa lulusan dalam negeri tidak kalah dengan lulusan luar negeri. “Bahkan kita bisa jauh lebih baik dari mereka,” ungkap anak pasangan Hadi Ismail dan Hariany Lubis ini.

Hal ini ia buktikan dalam tesisnya tentang optimasi beton bertulang dengan metode Strut and Tie Model menggunakan Algoritma Genetik. Bambang mengetahui studi ini pernah dipublikasikan peneliti asing, namun ternyata dirinya mampu membuatnya dengan lebih optimal. “Mereka butuh enam tahun, tapi kami hanya empat bulan untuk menyelesaikan program ini,” ujarnya menjelaskan.

Meskipun belajar di Jurusan Teknik Sipil, banyak program yang Bambang pelajari terutama yang banyak berguna bagi bidang Teknik Sipil. Diantaranya adalah SAP 2000, ETABS, PCACOL, CAST, Visual basic, visual C++, dan beberapa lainnya. Selama dua tahun terakhir, terdapat sekitar sepuluh program baru yang sedang dikerjakan dan disempurnakan. Program yang dihasilkan dari tesisnya pun diberi nama ITS Strut and Tie VB.Net 2005. Program ini khusus Bambang persembahkan untuk almamaternya, ITS. (mtb/ap)

Berita Terkait