Menjadi seorang mahasiswa rantau dari Jambi, tidak menghambat Galih untuk merampungkan kuliahnya dengan waktu 3,5 tahun. "Justru karena saya mahasiswa rantau, saya harus berjuang dengan lebih," ungkap Galih yang merantau sejak SMA ini.

Saat memutuskan kuliah di ITS, Galih tidak pernah menarget dirinya lulus cumlaude apalagi dalam 7 semester. Namun, Galih berubah pikiran ketika di awal perkuliahan dirinya sanggup meraih hasil memuaskan. "Saya tidak awal kuliah saya bisa raih IPS yang memuaskan ," tandas Alumni SMA Negeri 1 Pati ini. Semenjak itu Galih semakin termotivasi.

Dengan keberhasilannya, Galih berhasil mewujudkan salah satu cita-citanya yaitu  membahagiakan orang tuanya. "Saya dulu ketika masa SMA termasuk anak nakal," kenang putra pasangan Kiswanto dan Zaerena ini. Tetapi ketika memasuki perkuliahan Galih berkeinginan mengubah seorang Galih yang nakal menjadi Galih yang berprestasi.

Dalam Tugas Akhirnya, Galih mengangkat judul Analisa Kemampuan Manuevering Voith Cycloidal Rudder Dibandingkan dengan Konvensional Rudder pada Single Screw Propeller dengan Pendekatan CFD. Berkat keseriusannya mengerjakan TA, hasil karyanya diajukan  Jurusan Teknik Sistem Perkapalan untuk mendapatkan Nominasi RINA Award.

Perihal kunci suksesnya, Galih ternyata bukan mahasiswa yang rajin belajar tiap malam. Yang terpenting menurutnya adalah harus tahu kapan waktu belajar dan kapan waktu bersantai.  "Tahapan yang lebih penting sesungguhnya ketika perkuliahan, waktu itu kita harus memahami materi dan berkonsetrasi," tutur mahasiswa yang dua tahun menjabat di pengurusan Himpunan Mahasiswa Siskal ini.

Selepas Wisuda nantinya, Galih berkeinginan langsung mencari kerja dan membantu orang tuanya yang ada di Jambi. Sebagai bentuk sayang pada orang tua, Galih memprioritaskan mencari pekerjaan di daerah Sumatra dan sekitarnya. " Saya sudah terlalu lama merantau, bayangkan sejak SMA hingga kuliah saya jarang bertemu orang tua," katanya.(fn/asa)