”Perjalanan mawapres ini saya mulai dari masa-masa pengenalan maba,” ungkap Adhim memulai pembicaraan. Saat masih menjadi mahasiswa baru (maba), terdapat banyak mahasiswa yang menginspirasi dirinya. Tak ayal, Adhim pun berkeinginan untuk dapat menjadi mahasiswa yang inspiratif.
Uniknya, sejumlah nama pembicara yang inspiratif saat mengisi materi untuk maba ia catat. Hingga akhirnya, terbesit keinginan Adhim untuk menjadi Mawapres dan menjadi list terakhir yang ia tulis di dinding tembok.
Seiring denganberjalannya aktivitas belajar mengajar di kampus, secara perlahan keinginan nya menjadi mawapres mulai memudar. Pasalnya, nilai Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh hanya rata-rata. ”Kemampuan bahasa Inggris yang pas-pasan, dan prestasi yang dicapai selama perkuliahan juga tidak terlalu menonjol,” tutur Adhim.
Tanpa ia sangka, pria kelahiran Lamongan itu kemudian menjadi salah satu mahasiswa yang direkomendasikan oleh Departemen Ristek Himpunan Mahasiswa Teknik Fisika (HMTF) untuk mengikuti seleksi Mawapres tingkat institut. Menurutnya, terdapat pula beberapa mahasiswa lain yang turut direkomendasikan. Namun sayangnya, kesibukan untuk megerjakan Tugas Akhir (TA) membuat calon peserta Mawapres yang lain malah mengundurkan diri.
Ada juga beberapa temannya yang direkomendasikan oleh HMTF akan tetapi mengundurkan diri karena memang harus fokus dalam Tugas Akhir. Hingga membuat sang Adhim harus berjuang sendiri memikul nama baik prodi dalam kegiatan tersebut. ”Senang sekali karena saya mendapatkan hasil yang terbaik,” tuturnya sumringah. Sesuai dengan ketentuan, Adhim sebagai Mawapres pertama kampus akhirnya melenggang dalam lingkup nasional.
Adhim menjelaskan tidak mudah untuk dapat terpilih menjadi Mawapres. Pasalnya, terdapat dua tahap seleksi yang harus diikuti. Pertama yakni seleksi berkas terkait karya ilmiah, ringkasan karya ilmiah berbahasa Inggris, video penjelasan karya berbahasa Inggris, dan daftar prestasi unggulan yang dicapai selama menjadi mahasiswa. Dalam seleksi tahap pertama diambil sebanyak 15 finalis program sarjana dan 15 finalis program diploma untuk melanjutkan ke seleksi tahap kedua.
Tahap kedua sendiri terdiri dari empat poin penilaian yakni presentasi karya ilmiah,speech, diskusi tentang isu terkini, wawancara prestasi unggulan dan psikotes. ”Bertepatan dengan bulan suci Ramadhan alhamdulillah saya mendapatkan peringkat pertama dalam kompetisi yang diadakan di Pulau Dewata,” tambahnya seraya tersenyum.
Pria yang telah menginjak usia 21 tahun ini menuturkan motivasi yang membuatnya ikut kegiatan tahunan tersebut. Salah satunya yakni ingin mengenalkan prodinya kepada masyarakat luas. Rasa senang pun membuncah tatkala ia diumumkan sebagai Mawapres satu nasional. ”Artinya setelah saya mendapat gelar tersebut maka saya harus menjadi mahasiswa yang lebih baik, dan harus bisa memberikan kontribusi lebih untuk masyarakat sekitar,” terangnya.
Diakhir perbincangan, Adhim turut menceritakan beberapa tantangan yang ia hadapi selama menjalani seleksi. Salah satunya adalah berusaha untuk menjadi diri sendiri. Pasalnya, berbagai macam karakter mahasiswa pada seleksi tersebut membuat dirinya sukar untuk menilai masing masing pribadi. ”Kunci satu-satunya adalah menjadi karakter diri yang baik namun tidak meninggalkan asas kekeluargaan pada seleksi tersebut,” tutupnya. (hil/sha)
Kampus ITS, ITS News — Memberikan dedikasi terbaiknya dalam pengembangan riset dan pemberdayaan ilmu pengetahuan, kembali membawa dosen Departemen Kimia,
Kampus ITS, ITS News — Mengimplementasikan salah satu program yang disampaikan pada Pidato Rektor Awal Tahun 2025, Institut Teknologi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali meneruskan estafet kepemimpinan dalam lingkup fakultasnya. Dr Ing
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melahirkan doktor berprestasi, yakni Dr Muhammad Ruswandi Djalal SST