ITS News

Sabtu, 28 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kobarkan Semangat Reformasi Ala BEM ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bunderan ITS malam itu kelihatan lebih "bersinar". Sebuah layar putih berukuran 2×2 meter dipasang tepat di sebelah papan nama kampus biru itu. Diterangi cahaya petromak dan beberapa obor, kian menambah khidmat suasana.

"Kita ingin memperingati enam tahun perjuangan mahasiswa dalam menegakkan reformasi," ujar Radhiat Moko, Ketua departemen Sospol (sosial politik) BEM ITS. Ia menambahkan bahwa akhir-akhir ini mahasiswa mulai lupa akan perjuangan reformasinya dulu, sehingga diperlukan sebuah "refleksi reformasi" untuk membangkitkan kembali motivasi mereka.

Acara yang dimulai sekitar pukul 8 ini juga ingin menunjukkan bahwa mahasiswa dekat dengan rakyat. Hal ini diwujudkan dengan menggelar "pertunjukkan" tersebut di jalan dan diundangnya beberapa anak jalanan untuk memeriahkan acara. Selain itu, BEM ITS juga mengundang mahasiswa dari universitas lain di Surabaya." Kita ingin bersama-sama menegakkan kembali reformasi," ujar mahasiswa Teknik Fisika ’00 ini.

Kelompok anak jalanan "alang-alang" yang diundang ikut urun suara. Mereka menyanyikan lagu reformasi hasil ciptaan sendiri dengan iringan gitar dan beberapa alat musik perkusi. "Saya salut dengan perjuangan mahasiswa," ujar Ridwan yang malam itu tampil dengan kaos hitam. Dikatakannya pula, jika melihat mahasiswa yang turun kejalan dan berteriak membela rakyat, ia pun terharu, walau itu hanya dilihatnya melalui layar televisi.

Tak ingin melewatkan kesempatan istimewa ini, teater Gabus milik mahasiswa UNAIR tampil mempesona dengan kritikan reformasinya. Kreatifitas mereka dalam berakting sempat menarik simpati beberapa pengguna jalan. Maklum, mereka berjalan ke tengah jalan sembari menjajakan koran. Beberapa pengendara mobil pun sempat terkecoh dibuatnya. "Wah… untung gak ketabrak (tidak tertabrak)," celetuk Ria, salah satu pengunjung sambil tersenyum lega.

Selang kemudian, mereka mengkritik habis-habisan militerisme di Indonesia. Salah seorang pemain yang berpakaian militer, mulai memerankan sosok tentara dengan kedisiplinannya. Dibumbui guyonan segar, pengunjung pun tak kuat menahan tawa.

Di penghujung acara, ditayangkan sebuah film dokumenter. Film yang mengisahkan perjuangan mahasiswa dari saat reformasi baru bergulir (1998) sampai kasus penyerbuan aparat ke kampus UMI (Universitas Muslim Indonesia) di Makassar baru-baru ini, seolah menyihir pengunjungnya untuk terdiam dan merenung. Idealisme mahasiswa memang tengah diuji.(ftr/Lin)

Berita Terkait