ITS News

Jumat, 10 Januari 2025
26 November 2015, 11:11

Rossy, Mahasiswi Biologi Pelestari Kebudayaan Negeri

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menari tradisional merupakan hobi yang tertanam sejak Taman Kanak-kanak. Diakuinya, menari sejak kecil adalah sebuah talenta. Berbagai jenis tari tradisional pun telah ditampilkan di ITS. Mulai dari Tari Jejer dari Banyuwangi, Tari Cunduk Menur, Tari Suramadu, Sparkling Surabaya, Remong, Yapong, hingga Tari Toraja.
 

Baginya, menari memang menyenangkan. Mahasiswa kelahiran November ini mengatakan, menari dapat menghilangkan stres. Dalam sekali belajar gerakan tari, dirinya membutuhkan waktu dua minggu untuk bisa menghafal gerakan. "Itu pun total latihannya empat sampai lima kali," ungkapnya.

Meski sudah mahir, mahasiswi yang aktif di Unit Kegiatan Tari dan Kesenian (UKTK) ini mengakui ada gerakan tari yang sulit dipelajari, seperti Tari Toraja dan Tari Gambyong. "Tari Toraja itu tekniknya berbeda dari tarian Jawa. Sedangkan Tari Gambyong, musiknya lebih lambat," jelasnya kepada ITS Online.

Lebih lanjut, Rossy menceritakan kejadian lucu saat acara Wisuda ke-112 lalu. Saat tarian tradisional tampil, musik berhenti di tengah jalan. "Kemudian musik diputar ulang, dan ternyata kembali berhenti di gerakan yang sama. Akhirnya musik dimatikan dan kami tidak melanjutkan penampilan," ceritanya sambil menahan tawa.

Di sisi lain, ada penampilan yang berkesan di mata Rossy ketika Dies Natalis 55 berlangsung. "Waktu itu tari tradisional berkolaborasi dengan modern dance," ceritanya. Walaupun sempat mengalami kesulitan saat berlatih karena harus melakukan gerakan yang lebih cepat saat menari modern dance, Rossy mengaku penampilannya saat itu adalah yang terbaik.

Selain menari tari tradisional, Rossy ternyata juga pernah menari di gereja. "Kalau di gereja saya juga menari Tari Tamboirine, yang mirip seperti Balet," tutur mahasiswi yang sedang menjalani semester limanya ini.

Saat ditanya mengenai kostum yang beragam, ia mengaku kostum tersebut bukanlah miliknya. Ia mendapatkannya dengan menyewa. "Kalau beli kan mahal, satu kostum bisa seharga Rp 1 juta," terangnya.
 
Di akhir, Rossy berpesan kepada generasi muda untuk melestarikan budaya bangsa. Hal ini ia ungkapkan lantaran dirinya menyadari peminat tari tradisional di ITS semakin berkurang dari tahun ke tahun. "Padahal banyak rakyat Indonesia yang marah ketika budayanya diambil negara lain. Kalau bukan kita yang melestarikan, lantas siapa lagi?" tukasnya. (n6/pus)

Berita Terkait