Karya tulis yang mereka usung adalah Aplikasi Penginderaan Jauh (Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Deteksi Area Bekas Terbakar Berdasarkan Normalized Burn Ratio (NBR). Hasilnya, mereka mampu membuat peta daerah terbakar pada Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Dumai, Provinsi Riau serta informasi mengenai luas daerah yang terbakar.
Dari data yang mereka himpun, diketahui wilayah Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir yang terbakar seluas 36.470,992 hektar. Data tersebut memiliki rincian 26.994,097 hektar wilayah Rokan Hilir dan 9.476,825 hektar wilayah Dumai.
Diakui Resti, data yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Mulai dari peta administratif Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir, peta hotspot 2014, peta lahan gambut (lahan bersuhu tinggi, red) Provinsi Riau 2013, hingga peta citra dari satelit Landsat 8. "Data tersebut selanjutnya diolah menggunakan algoritma NBR," terangnya.
Setelah itu, Resti dan tim membuat overlay pada peta-peta tersebut menggunakanm software ER Mapper dan ArcGIS untuk bisa menentukan presisi lokasi kebakaran. "Nantinya, peta itu bisa dijadikan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan bencana kebakaran hutan," ujar Resti, ketua tim.
Kepada ITS Online, Resti mengungkapkan bahwa kendala tersulit yang mereka hadapi terjadi saat proses menganalisis peak fire (puncak kebakaran,red) sebagai identifikasi awal penentuan wilayah kebakaran hutan. "Kami harus menganalisis data selama satu tahun. Dari situ, diketahui bahwa peak fire terjadi pada Juli 2014," urainya.
Sejak awal, Resti dan timnya mengaku tidak terlalu muluk-muluk dalam menetapkan target di kompetisi ini. Ia juga sempat merasa kurang pede dengan hasil penelitiannya. Pasalnya, karya mereka hanya berupa informasi, sementara peserta yang lain sudah ada yang berbentuk aplikasi.
Resti melanjutkan, dari komentar yang diberikan oleh para juri, ternyata penelitian timnya dinilai paling berbobot dan memiliki manfaat paling besar bagi pembangunan di Indonesia. "Memperoleh satu kategori saja sudah lebih dari cukup. Alhamdulillah, dapat best prototype," ucapnya penuh rasa syukur.
Ide untuk membahas kebakaran hutan di Riau ini berawal dari pengalaman yang didapat oleh Arfi dan Agita selama menjalani kerja praktek (KP) di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Di sana, permasalahan paling krusial yang tengah dibahas adalah mengenai banyaknya kebakaran hutan di Indonesia.
Menurut Resti, kebakaran hutan di Indonesia sudah sangat parah, terlepas dari kondisi geografis Indonesia yang memang rawan terbakar. Ia menambahkan, maraknya pembukaan lahan kosong secara ilegal juga jadi pemicunya. "Pembukaan lahan dengan cara dibakar itu 40 kali lebih murah daripada pembebasan lahan," terang mahasiswi asal Jombang itu.
Rencananya, Resti dan timnya ingin melanjutkan penelitian dari data yang telah mereka peroleh. Mereka akan melakukan validasi data melalui penelusuran secara langsung ke lapangan dengan metode fotogrametri dan terestris agar data yang diperoleh semakin presisi. "Jika keakuratannya lebih dari 70 persen, data kami bisa digunakan di seluruh Indonesia," pungkasnya.
Resti berharap, nantinya akan muncul kebijakan baru dari hasil penelitian yang mereka lakukan. Terinspirasi dengan kebijakan Australia dalam menghadapi kebakaran hutan, ia ingin menerapkan metode pembangunan parit di sekitar wilayah Dumai dan Rokan Hilir yang rawan terbakar. "Peran orang Geomatika kembali diperlukan untuk menentukan posisi parit yang strategis," pungkasnya. (fah/pus)
Kampus ITS, ITS News — Memberikan dedikasi terbaiknya dalam pengembangan riset dan pemberdayaan ilmu pengetahuan, kembali membawa dosen Departemen Kimia,
Kampus ITS, ITS News — Mengimplementasikan salah satu program yang disampaikan pada Pidato Rektor Awal Tahun 2025, Institut Teknologi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali meneruskan estafet kepemimpinan dalam lingkup fakultasnya. Dr Ing
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melahirkan doktor berprestasi, yakni Dr Muhammad Ruswandi Djalal SST