National Boat Race and Rescue Competition ini diikuti oleh 21 tim. Terdiri dari mahasiswa dan umum, plus dua tim eksibisi. Masing masing tim itu harus berlaga selama dua hari, Jumat dan Sabtu (28-29/5) untuk berlomba menunjukkan catatan waktu terbaik rata-rata. Laga itu sendiri terdiri dari tiga rangkaian lomba ( triathlon ).
Laga pertama adalah rappeling, yaitu terjun ke air dengan menggunakan seutas tali. Setelah itu, peserta berenang menuju boat masing-masing. Rappeling dan berenang ini masing-masing diwakili oleh dua peserta. Setelah mencapai boat, barulah tim yang terdiri dari tujuh peserta itu mendayung boat, melewati rintangan yang dibuat panitia. Total panjang lintasan yang harus dilalui adalah 300 meter.
"National Boat Race ini kami adakan dalam rangka menyambut HUT Surabaya ke 711," jawab Edi Nurbiyanto, ketua panitia pelaksana NBRRC. Ia kemudian melanjutkan, Kalimas sengaja dipilih karena merupakan salah satu ikon Surabaya. "Kita juga ingin menunjukkan ke peserta dan masyarakat, ini lho Kalimas, yang airnya dipakai sebagai bahan baku air PAM se-Surabaya," lanjut Edi menegaskan.
Namun, cuaca Surabaya hari itu rupanya tidak mendukung lomba. Langit mendung tebal, saat itu giliran tim mahasiswa pecinta alam (mapala) STIESIA yang berlaga. Di lintasan lain, tim Cimot Nikkapala sudah bersiap-siap mengambil posisi bertanding. Saat tim bersiap untuk rappeling, tiba-tiba hujan langsung mengguyur. Meski deras, panitia tidak menunda pertandingan dan tim yang berlaga tetap antusias menunjukkan semangatnya.
Kompetisi pun terus berjalan, di tengah hujan itu, tim STIESIA mengalami kesulitan. Simpul tali seorang peserta rappeling macet, sehingga butuh waktu beberapa lama untuk melepasnya. Untunglah, beberapa detik kemudian ia berhasil melepas tali. Ia pun segera berenang menyusul tim lawan yang sudah mulai mendayung boat.
Kesulitan ternyata tidak berhenti sampai di situ, kedua tim harus bersusah payah mendayung melawan arus sungai yang kian deras akibat hujan. Pada awalnya, kedua tim
terbantu dengan aliran sungai yang deras, baru ketika mereka berbalik arah ke selatan menuju garis finish, mereka kesusahan. Sekali dayung, perahu malah terdorong ke belakang. Meski payah, akhirnya keduanya berhasil finish. Catatan waktu panitia, 12 menit sekian detik mereka menempuh lintasan, tim Cimot lebih dulu ke garis finish.
"Hari ini kami sedikit apes, ini gara-gara hujan!" sahut seorang peserta dari STIESIA setengah menggerutu."Tapi kami coba membuat catatan waktu lebih baik lagi besok!" tekadnya bersemangat. (tov/har/bersambung)
Kampus ITS, ITS News — Banyaknya persoalan sampah di Indonesia menimbulkan berbagai dilema masyarakat. Oleh karena itu, tim Kuliah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus mendukung kemajuan teknologi dan pendidikan Indonesia. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Tim riset kendaraan hemat energi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melebarkan sayapnya di kanca
Kampus ITS, ITS News — Kesejahteraan tenaga pendidik, khususnya guru honorer, di Jawa Timur masih membutuhkan perhatian serius. Menyadari pentingnya