Pemindahan LPA Keputih ke LPA Benowo mengundang banyak kontroversi karena LPA Benowo sebenarnya belum siap benar untuk digunakan sebagai lahan pembuangan akhir(LPA). Menurut saya, LPA Keputih sendiri sebenarnya masih bisa digunakan sebagai LPA, namun karena lingkungan di sekitar sudah banyak terdapat pemukiman, maka masyarakat sekitar memprotes keberadaan LPA tersebut. Pihak Pemkot Surabaya sendiri pada awalnya memang berencana menutup LPA Keputih tersebut pada suatu saat nanti, karena memang suatu LPA mempunyai umur tertentu.
Kompleksnya masalah sampah di kota Surabaya ini memang tidak hanya bagaimana secara teknis mengolah sampah. Tetapi juga bagaimana menanganinya secara sosial, ekonomi, hukum maupun politik. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penanganan sampah, diantaranya bisa saja kita menggunakan metode open dumping dan penggunaan alat pembakar sampah atau incenerator. Untuk LPA Keputih, kedua cara di atas sudah dilakukan. Untuk open dumping, sampah di seluruh kota dikumpulkan dan ditumpuk begitu saja di LPA Keputih. Kemudian dibakar dengan incenerator. Tetapi sayangnya, incenerator yang dibeli Pemkot hanya bertahan sampai dua tahun.
Incenerator, secara ideal hanya digunakan untuk sampah kering saja. Namun pada kenyataannya incinerator disini juga digunakan untuk membakar sampah basah, sehingga suhu incenerator yang seharusnya 600° Celcius pada keadaan biasa, tidak dapat mencapai suhu tersebut. Hal ini menyebabkan incenerator tersebut tidak dapat bekerja dengan optimal dan menjadi rusak.
Penanganan sampah dapat juga melalui peningkatan peran TPS-TPS (tempat pembuangan sampah) di wilayah Surabaya. Beberapa waktu yang lalu saya sempat menghadiri Seminar tentang swastanisasi pengelolaan sampah. Dalam seminar diperkenalkan alat incenerator mini yang ditujukan untuk TPS-TPS sehingga volume sampah yang akan dikirim ke LPA bisa berkurang. Untuk sampah absah, di TPS-TPS perlu juga disosialisasikan mini composting plan (alat pembuat kompos), sehingga dari alat tersebut didapatkan produk kompos yang nantinya dapat dipasarkan kepada masyarakat.
Secara sosial, penanganan sampah yang tidak efektif karena kurangnya kesadaran masyarakat. Seharusnya sejak dari rumah-rumah penduduk, sampah sudah harus dipilah-pilah sehingga nantinya pengolahannya di TPS dan LPA bisa efektif.
Untuk saat ini, pengelolaan sampah yang ideal adalah sanitary landfill, yang juga telah diterapkan di LPA Benowo. Apabila sanitary landfill ini benar-benar diterapkan maka kehadiran pemulung di LPA tidak diperlukan. Justru di TPS-TPS, pemulung sangat diperlukan untuk membantu pemisahan sampah. Jadi, kita harus mengoptimalkan peran TPS-TPS sehingga volume sampah dapat dikurangi.(rie/seetha)
Kampus ITS, ITS News — Teknologi pascapanen memiliki peranan penting dalam menjaga mutu hasil panen sebelum dipasarkan. Peduli akan
Kampus ITS, ITS News — Dalam misi memperkenalkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kepada masyarakat umum, setiap tahunnya ITS
Kampus ITS, ITS News — Semakin tingginya kebutuhan listrik rumah tangga menyebabkan perlu adanya inovasi sumber energi terbarukan sebagai
Kampus ITS, ITS News — Kesalahan yang sering terjadi pada optimalisasi sistem mesin menjadi fokus Institut Teknologi Sepuluh Nopember