ITS News

Selasa, 03 September 2024
09 Desember 2005, 09:12

Intifadhah, Never Die

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hari Intifadhah Sedunia, diperingati setiap tanggal 8 Desember. Intifadhah Al Aqsha pertama kali meletus pada lima tahun lalu (8 Desember 2000). Disebut sebagai Intifadhah Al Aqsha karena kebangkitan intifadhah ini dipicu oleh aksi penodaan terhadap Masjid Al Aqsha, kiblat pertama umat Islam. Penyerangan ini dicetus dan dilakukan oleh Ariel Sharon pada lima tahun silam, puncaknya tepat pada 28 September 2000. Dan kini, api semangat intifadhah masih tetap dan akan terus menyala selama penjajahan zionis Israel masih tetap bercokol di tanah suci Palestina.

Walaupun lima tahun berlalu, usia Intifadhah al Aqsha telah dan masih menyisakan derita berkepanjangan yang tak kunjung usai. Mulai dari pembunuhan, penangkapan, penghancuran rumah dan lahan, pembongkaran tanaman, penggusuran, pengusiran warga Palestina, pembangunan tembok pemisah rasial, pembangunan koloni permukiman Yahudi hingga upaya-upaya melenyapkan dan merobohkan masjid al Aqsha serta upaya yahudisasi kota suci al Quds.

Bila dalam kitab suci Alquran menyebut bangsa Yahudi adalah satu-satunya bangsa yang berani melakukan pembunuhan terhadap para nabi Allah, maka dalam realitas isu Palestina pembunuhan adalah hal utama bagi penjajah zionis Israel untuk menjaga eksistensi mereka di tanah Palestina. Untuk alasan eksistensi, penjajah zionis Israel tak segan-segan melancarkan berbagai aksi untuk menggilas aktivis perlawanan Palestina. Mereka tak malu menggelar kekuatan militernya menghadapi anak-anak Palestina yang hanya menggunakan lemparan senjata batu-batu kecil. Mereka terus mementaskan aksi yang intinya adalah membunuh, membunuh dan membunuh. Korbannya dari kalangan muslim Palestina mana saja, tak peduli itu bayi, kanak-kanak, atau wanita, tak melulu orang biasa atau pejuang (Republika, 8/9/2004).

*******
Dalam laporan terakhir disebutkan bahwa jumlah korban jiwa sejak 29 September 2000 hingga akhir Agustus 2004 lalu mencapai 3530 warga Palestina yang gugur syahid. 116 diantaranya gugur di pos perlintasan militer Israel (aljazeera.net, 26/09/2004).

Selama berlangsung Intifadhah Al Aqsha, anak-anak Palestina termasuk kelompok yang paling menjadi target serangan penjajah zionis Israel. Sejak awal meletus Intifadhah Al Aqsha hingga akhir Juli 2004 lalu, menurut laporan sebuah Komite Palestina untuk Keadilan dan Perdamaian, Palestine Committee for Justice and Peace (PCJP), jumlah anak-anak Palestina yang gugur telah mencapai 780 anak, sedangkan jumlah wanita yang gugur 239 syahidah.

Sementara itu, jumlah korban luka mencapai 55138 jiwa dengan 16 ribu diobati di lapangan. Rinciannya, yaitu 15406 korban adalah anak-anak dan 2540 kaum wanita. Sedang korban cacat permanen mencapai 6280 jiwa, 3010 di antaranya adalah anak-anak. Bahkan janin-janin yang masih dalam perut pun turut menjadi korban kejahatan penjajah zionis Israel. Tercatat 31 janin meninggal di perlintasan militer Israel sebelum dapat menyaksikan kehidupan, sementara 115 janin lahir dalam kondisi cacat permanen. Naudzubillah, mereka adalah para mujahid-mujahid kecil yang memberikan semangat perjuangan saudara-saudara muslim Palestina. mereka menunggu kehadiran syuhada berikutnya yang akan menemani mereka kelak di Surga.

*******
Itu baru korban yang berjatuhan sampai tahun 2004. Dan kini tentunya korban-korban akan terus bertambah. Karena Yahudi Laknatullah tidaka kan rela bila Palestina akan kembali menjadi milik umat Islam. Berbagai peristiwa sepanjang tahun 2005 telah menorehkan luka yang amat dalam bagi muslim Palestina. Seperti, Syahidnya Syaikh Ahmad Yassin dan Dr Abdul Aziz Rantisi (Ar Rantisi) sebagai lokomotif penggerak perjuangan Intifadhah. Terlebih, tak terhitung lagi berapa banyak anak-anak dan pemuda yang menemui syahidnya. Namun, seperti kata Dr Ar Rantisi kepada wartawan sebelum ajal menjemputnya. “Kami menantikan datangnya kematian, kami tidak takut, saya lebih memilih mati melalui Apatchi!” dengan sangat lantang dan berani Ar Rantisi mengatakan ini kepada dunia. Allah pun mengabulkan doanya, tiga puluh hari kemudian syuhada Palestina ini meninggal karena di bom pesawat Apatchi Israel. Dia adalah satu dari beratus-ratus ribu pejuang palestina yang mendamba menjadi syuhada.

Segala cara telah ditempuh oleh Yahudi sejak tahun 1969 hingga kini. Mulai dari penggalian di bawah Masjid Al Aqsha sebagai salah satu upaya untuk merobohkan masjid suci umat Islam hingga membangun tembok perbatasan di wilayah tepi Barat. Kebangkitan intifadhah al Aqsha telah memasuki tahun kelima. Namun, masih banyak derita dan problem kemanusian yang mendera rakyat Palestina. Dan api perlawanan intifadhah pun masih dan akan terus menyala, meski dunia diam membisu menyaksikan kenyataan yang ada di depan mata mereka. Sebuah tragedi pembasmian etnis masih terus berlangsung di sana, di bumi Palestina. Sementara, anak-anak Palestina yang mewakili segenap umat muslim dunia pun masih terus gigih menyuarakan perlawanan mereka. Jihad melawan penjajahan untuk membebaskan tanah wakaf umat Islam, tanah suci Palestina. Saudaraku, apakah kita hanya diam saja melihat penyiksaan saudara kita? Lalu, apa yang bisa kita berikan untuk mereka?

***
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.“ ( Al-Quran, Surat Al-Baqarah 2:120)

***
Penulis :
Evi Firdaus (mahasiswi jurusan Teknik Informatika ITS, PUSKOMDA FSLDK Surabaya)

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Intifadhah, Never Die