ITS News

Selasa, 03 September 2024
21 Oktober 2009, 14:10

Awas, Facebook addict !

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dirunut dari umurnya yang masih sangat muda, sejarah berdirinya Facebook cukup membuat orang geleng-geleng kepala puluhan kali. Sungguh spektakuler. Adalah Mark Elliot Zuckerberg, seorang mahasiswa Universitas Harvard yang awalnya membuat situs facemash.com yang hanya berisi foto yang bisa dikomentari. Berangkat dari sini lahirlah situs Facebook yang dalam waktu singkat dua pertiga mahasiswa Harvad telah menjadi penggunanya. Bersama dengan teman sekamarnya, Dustin Moskovitz dan Chris Hugh mereka mengembangkan ke beberapa kampus lainnya.

Setahun setelah peluncuran, Facebok telah mencakup sekitar 2.000 kampus dan 25.000 Sekolah Menengah Atas di dunia. Seiring dengan kesuksesan facebook, tawaran investasi dan akuisi pun mengalir deras. Yang menghebohkan, Zuckerberg menolak tawaran pendahulunya Friendster untuk membeli Facebook seharga 10 juta US Dollar. Yang bikin sejarah Facebook makin heboh lagi, ketika dia juga menolak tawaran Yahoo seharga 1 milyar US Dollar! Namun keputusannya tersebut tidak keliru karena dua tahun lalu saat usianya baru 23 tahun dia telah memiliki kekayaan $ 1,5 Billion atau sekitar Rp 13,95 triliun!

Tentu kisah sensasional Facebook tersebut selaras dengan jumlah user (pemakai) aktif yang tersebar di seluruh dunia. Diakui memang, facebook juga mempunyai banyak manfaat hingga mampu menyihir jutaan penggunanya. Banyak orang bisa menemukan teman lamanya lewat sini, sebagai ajang bertukar informasi, menjalin pertemanan dengan teman atau kerabat hingga sebagai wadah menuangkan kreasi jurnalisme. Dari sini pula arus informasi bisa dengan cepat diakses hingga menjadi saingan utama para raksasa media jurnalistik professional saat ini.

Namun jika penulis mengamati realita yang terjadi di masyarakat, pengguna Facebook terlihat semakin aneh. Penulis (yang juga salah satu pengguna Facebook) sering mengamati teman selalu up date status dalam hitungan menit. Mulai dari bangun tidur, mau mandi, berangkat kuliah hingga mimpi buruk pun harus "dipromosikan" di status Facebook. Apa yang dituliskannya pun banyak yang tidak penting, bahkan terkesan seperti artis yang akan melakukan konferensi pers. Hingga status-status tidak jelas seperti “aduhh”, “hmmm…”, “!???!!”, “……”, dan sebagainya.

Fenomena aneh ini juga berimbas pada aktifitas dunia maya mereka. Setiap kali menyalakan internet maka situs pertama yang dituju adalah www.facebook.com dan siap duduk berjam-jam di depan layar monitor. Yang mengherankan lagi, ada teman penulis yang suka pinjam Handphone temannya hanya untuk up date status! Hal ini tidak terjadi pada satu orang namun sangat banyak sekali kasus kecanduan Facebook yang telah menjamah orang dengan berbagai latar belakang.

Inilah candu model terbaru. Bukan rokok atau pun narkotika karena tidak ada larangan bagi pemakainya. Pada awalnya terasa biasa saja. Namun lama berselang, aktivitas Facebook-an telah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya makan. Penulis pun kaget ketika ada salah seorang teman yang menyeletuk “Aku tidak bisa hidup tanpa Facebook”. Hingga lahirnya istilah jamaah fesbukiyah di kalangan masyarakat.

Ada sebuah laporan terbaru terkait kecanduan Facebook yang pernah dilansir oleh Daily Mail. Dalam Laporan tersebut disebutkan, kecanduan situs jejaring sosial bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental.

Keadaan ini dimulai dari hal-hal sederhana. Orang yang telah terbius oleh Facebook akan cenderung jarang mengikuti pertemuan dengan teman atau keluarga walaupun hanya sebatas bergurau atau bercanda. Diikuti dengan kegelisahan ketika lama tidak mengakses situs jejaringan sosial tersebut. Hingga bisa menimbulkan ketertarikan artifisial , lebih menyukai komunikasi dengan teman barunya di layar monitor dari pada berkomunikasi langsung secara face to face dengan orang lain. Semua akan bermuara pada menurunnya produktivitas individu dalam kehidupan nyata.

Mungkin keterangan di atas terlalu teoritis dan abstrak. Namun kita bisa mengamati dari data riil di lapangan. Tercatat sekitar 54 persen perusahaan di Amerika Serikat melarang karyawannya membuka situs jejaringan sosial karena hal tersebut mengalihkan perhatian karyawan dari prioritas perusahaan. Di dewan kota Porstmouth City Council, Inggris melancarkan aksi serupa karena sebanyak ratusan jam dihabiskan staffnya di depan halaman Facebook saat jam kerja.

Tidak usah jauh-jauh. Di kota Surabaya sendiri, Pemkotnya telah memblokir situs Facebook karena kinerja para PNS merosot akibat adanya situs jejaringan sosial tersebut. Hal ini juga diikuti oleh Pemkab Lamongan. Di lingkungan akademik pun tercatat ada Universitas Indonesia dan Universitas Ahmad Dahlan yang telah memblokir akses Facebook di internal kampus karena dinilai sebagai penyebab meningkatnya traffic internet dan salah satu pemecah konsentrasi belajar mahasiswa.

Di kampus ITS sendiri, telah dilakukan beberapa kali pembatasan traffic bandwidth untuk akses ke situs Facebook. Hal ini untuk mengkaji apakah akses terhadap situs facebook menjadi penyebab meningkatnya traffick di lingkungan kampus atau tidak. Jika hasilnya positif bukan mustahil bagi kampus Perjuangan ini bakal menyusul kebijakan UI dkk.

Nur Huda
Mahasiswa Teknik Mesin 2007
Gambar : www.aclutteredmind.org

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Awas, Facebook addict !