ITS News

Selasa, 03 September 2024
08 Juni 2010, 10:06

Renungan, Empat Tahun Lumpur Lapindo

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Semburan yang berlangsung selama ini menyebabkan bagian pusat semburan mengalami pelebaran menjadi lubang besar dan dalam. Hal itu menyebabkan lapisan tanah di sekitarnya terseret menuju ke pusat semburan. Tarikan atau seretan ke arah pusat semburan ini menimbulkan efek domino yaitu munculnya ancaman amblesan yang diikuti retakan tanah dan rumah, ancaman semburan gas yang mudah terbakar dan mencemari udara, ancaman tanggul jebol dan ancaman pencemaran.

Hasil kajian ITS selama ini menunjukkan bahwa pada tahun pertama ancaman-ancaman hanya di sekitar tanggul, tahun kedua melebar sekitar 200 meter di luar tanggul, tahun ketiga 2008 melebar sampai 500 meter, tahun keempat sampai 1 km dan tahun berikutnya lebih dari 1 km.

Pada awal tahun, lumpur telah menenggelamkan puluhan desa, mengusir paksa 14000 KK, menyebabkan kehilangan kehidupan, dan penghidupan normalnya, ribuan buruh menganggur dikarenakan puluhan pabrik terbenam, ribuan murid sekolah terlantar dan tercerai berai, dan 15 orang meninggal terkait dengan semburan ini.

Selama empat tahun pula masyarakat lokal masih banyak yang tidak sadar dan tidak siap dengan keadaan yang menimpa mereka dan yang akan menimpa mereka. Masyarakat masih dijadikan obyek dalam menentukan kebijakan yang menyangkut kehidupan dan penghidupan mereka. Ancaman-ancaman ini menerjang kondisi permukiman yang padat, transportasi vital yang padat, dan aktivitas ekonomi yang ramai serta kondisi lingkungan yang tidak mendukung maka di dalam ilmu manajemen resiko, daerah di sekitar tanggul lumpur bisa dikatakan sebagai kawasan yang beresiko.

Waktunya membuat komitmen bersama antara pemerintah lokal, pengelola tanggul dan masyarakat lokal sebagai mitra untuk bersama-sama membangun kesiapsiagaan terpadu menghadapi kondisi emergensi. Komitmen ini harus dibangun agar bisa terjalin saling pengertian antara pengelola tanggul, pemerintah lokal dan masyarakat sekitar tanggul.

Nantinya, bila terjadi kondisi darurat, semua pihak paham dengan apa yang akan dikerjakan dan tugas masing-masing pihak. Komunitas ini segera melakukan penilaian dan pemetaan kawasan beresiko di sekitar tanggul yang terdiri atas  kawasan beresiko tinggi, kawasan beresiko sedang, dan kawasan beresiko rendah. Disebut kawasan beresiko tinggi kalau intensitas dan magnitud ancaman besar dan berdampak besar, demikian sebaliknya kawasan beresiko rendah kalau besaran ancaman dan dampak rendah.

Ancaman amblesan dan semburan gas yang mudah terbakar termasuk ancaman yang tidak bisa dilakukan tindakan apa-apa (given) sehingga tindakan untuk mengurangi resiko bisa dilakukan peningkatan kapasitas anggota komunitas yaitu:

(1) membentuk kelompok sadar bencana untuk bekerjasama dengan otoritas lokal dan pengelola;
(2) memberi pengetahuan tentang bencana yang terjadi dan yang mungkin akan terjadi;
(3)  pengenalan kawasan yang berisiko dan apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan di kawasan berisiko ini;
(4) dilatih tata cara menghindar, tata cara evakuasi, dan menentukan tempat pengungsian;
(5) memasang alat peringatan dini amblesan dan detektor gas yang real time;
(6) gladi sirine peringatan dini dan gladi pengungsian;

Sebuah contoh betapa besar biaya sosial yang harus ditanggung dikarenakan tidak adanya kesadaran dan kesiapsiagaan, yaitu saat terjadi jebolnya tanggul Situ Gintung. Jebolnya tanggul Situ Gintung telah menyebabkan kerusakan hebat dan korban meninggal mencapai 100 orang serta puluhan orang yang belum ditemukan. Jumat 27 Maret subuh, tanggul Situ Gintung jebol yang diikuti air bah seperti tsunami terjadi sangat cepat, sekitar 10 menit dan mampu meluluhlantahkan ratusan rumah beserta isinya.

Yang tersisa hanyalah tangisan duka keluarga yang ditinggalkan. Beberapa jam sebelumnya warga sudah mulai mendengarkan suara gemuruh di sekitar tanggul sekitar pukul 23.00 setelah sore harinya hujan deras. Kemudian warga mulai berinisiatif ronda di sekitar tanggul dan sekitar pukul 24.00 sudah melihat adanya rembesan dan atau limpasan air di permukaan tanggul. Lalu beberapa orang yang bermukim dekat tanggul terbangun karena mereka mendengarkan bunyi krek-krek-krek sekitar pukul 01.00.

Sekitar jam 3.00 suara gemuruh semakin keras dan banjir sudah dimulai sampai akhirnya tanggul jebol sekitar waktu subuh. Andaikata warga sudah dilatih dan dikondisikan maka korban jiwa bisa dihindari karena waktu 3 jam sudah cukup untuk menjauh dari daerah terjangan air bah.

Semoga bermanfaat

Amin Widodo
Mantan Ketua Pusat Studi Bencana

Berita Terkait