ITS News

Selasa, 03 September 2024
25 Oktober 2010, 12:10

Ironi Berbahasa dan Harapannya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kenyataan ini terasa pahit karena tidak banyak warga negara Indonesia yang dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.  Peringatan Bulan Bahasa yang digelar setiap Oktober, walau gaungnya semakin lirih, menjadi alasan bagi saya untuk mencoba urun rembug dengan menuliskan sedikit pemahaman tentang bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan pada Kongres Pemuda yang kemudian dikenal dengan ‘Sumpah Pemuda’ pada 28 Oktober 1928. Selanjutnya pada Kongres Bahasa Indonesia Pertama pada tahun 1948, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi/negara  dan pada Seminar Politik Bahasa Nasional pada tahun 1975, bahasa Indonesia diputuskan sebagai bahasa nasional. Pada perkembangannya, bahasa Indonesia ‘diperkuat’ dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) setelah sebelumnya menggunakan Ejaan Malindo.

Menarik sekali untuk membahas ketidakberhasilan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, bahkan di perguruan tinggi. Informasi yang sebenarnya tidak terlalu mengagetkan adalah rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia sebagian besar alumni sebuah perguruan tinggi terkemuka di Surabaya.

Kita dapat mempercayai informasi ini karena langsung datang dari sejumlah institusi tempat bekerja alumni. Dikemukakan bahwa umumnya skill lulusan cukup baik, tetapi rata-rata mereka tidak dapat mengemukakan idea atau gagasan secara teratur dan sistematis. Hal ini cukup mengganggu karena komunikasi merupakan sesuatu yang amat penting dalam aktivitas di tempat kerja.

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan.

Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar. Pada tingkat lanjutan (SMP dan SMA), bahasa Indonesia diajarkan dengan tujuan agar lulusannya terampil dalam penguasaan membaca, menulis, dan bercakap-cakap dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pada sisi lain, siswa juga diharapkan memiliki pemahaman terhadap kesusasteraan dan dapat melakukan proses kreatif penciptaan karya sastra baik puisi maupun prosa. Pada tinggkat pendidikan tinggi, pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam menghasilkan tulisan ilmiah sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.

Lalu, mengapa kemampuan berbahasa Indonesia lulusan perguruan tinggi belum seperti yang diharapkan meskipun pengajaran bahasa Indonesia sudah diberikan sejak SD? Ada  yang setengah bergurau menjawab: lebih penting kita memperoleh nilai TOEFL maksimal karena dua pertimbangan. Pertama, nilai kemampuan bahasa asing itu menjadi syarat kelulusan. Kedua, perusahaan atau dunia kerja lebih menyukai lulusan yang mampu berbahasa Inggris.

Dua alasan itu memang masuk akal, tetapi jelas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sejumlah besar lulusan memperoleh nilai minimal TOEFL dengan amat susah payah (ada yang sampai mengikuti ujian belasan kali sebelum dinyatakan lulus).  Banyak yang kemudian percaya keterampilan bahasa Inggris mereka tak lebih dari sekedar bisa menjawab soal yang diujikan tetapi tidak berpengaruh positif ketika mengikuti ujian di perusahaan atau institusi yang mempersyaratkan kemampuan bahasa Inggris. Pada sisi lain, perusahaan asing pun, bisa dipastikan ingin agar karyawannya mampu berkomunikasi dengan baik dengan sebagian besar karyawan lainnya dalam bahasa mereka, bahasa Indonesia.

Bulan Bahasa selalu diperingati setiap Oktober. Sejumlah kegiatan digelar dalam upaya mengingatkan anak bangsa akan pentingnya menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra 2010 dengan tema "Pembentukan Karakter Bangsa melalui Peningkatan Kualitas Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah".

Kegiatan rutin setiap tahun ini melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru, dan dosen, tetapi juga peserta program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, serta masyarakat umum. Khusus BIPA yang meliputi China, Australia, Amerika Serikat, Jepang, Uganda, dan Filipina telah dimulai sejak 2009.

Sebagai warga negara yang baik, kita perlu mempertegas komitmen untuk bersedia menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia. Komitmen itu harus terwujud dalam perilaku berbahasa, termasuk berpegang pada prinsip penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan demikian bahasa Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta tidak menjadi asing dan jauh dari para penggunanya.

Lulusan sekolah dasar dapat berbahasa sesuai tingkat pemahaman terhadap ilmu bahasa Indonesia, lulusan sekolah menengah dapat berbahasa dan berkesusasteraan sesuai garis-garis besar pengajaran bahasa Indonesia, dan lulusan perguruan tinggi dapat berkomunikasi lisan/tertulis dengan baik sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semoga peringatan Bulan Bahasa 2010 dapat member dorongan semangat baru dalam upaya menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia. Semoga.

Imam S
Civitas Fakultas Teknologi Industri

Berita Terkait