ITS News

Selasa, 03 September 2024
03 Januari 2011, 18:01

SKS Seharusnya Tidak Boleh Ada

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pagi itu, Gedung UPT Bahasa dan Budaya ITS masih terlihat begitu sepi. Suasana liburan begitu terasa. Di dalam gedung itu, terpajang berbagai lukisan dan gambar di dinding-dindingnya. Gambar-gambar dan lukisan-lukisan tersebut menyuguhkan pemandangan tentang berbagai kebudayaan yang ada di belahan dunia lain, misalnya The America Mosque dan Kota Paris di Prancis.

Ada kursus berbagai bahasa di gedung tersebut. Ada Bahasa Inggris, Prancis, Arab, Mandarin, dan lain-lain. Di salah satu ruangan yang ketika itu digunakan untuk kursus Bahasa Inggris, seorang dosen sedang berdiskusi dengan beberapa mahasiswanya yang hadir untuk mengikuti kursus.

Ibu dosen tersebut bertanya pada semua mahasiswanya bagaimana pola belajar mereka selama ini. Apakah belajar mereka rutin setiap hari, setiap beberapa hari sekali, setiap minggu, setiap bulan, atau malah yang lebih dashyat lagi yaitu menggunakan SKS. SKS? Ya, kata yang terdiri dari tiga huruf tersebut tentunya sangat akrab di telinga para mahasiswa dan pelajar.

 Tapi jangan salah, yang saya maksud dengan SKS di sini bukanlah Sistem Kredit Semester. Bukan! Lantas apa? Yang saya maksudkan dengan SKS di sini adalah singkatan dari Sistem Kebut Semalam. Ya, Sistem Kebut Semalam! Apa itu? Sepertinya teman-teman sudah paham apa maksud dari Sistem Kebut Semalam. Sistem Kebut Semalam adalah Sistem yang mempelajari bahan mata kuliah hanya dalam semalam dengan kecepatan tinggi untuk menghadapi ujian esok harinya. Hebat bukan? Cerdas bukan? Luar biasa !

Hampir semua mahasiswa, tersenyum dengan wajah malu sambil melirik satu sama lain. Kamu juga kan? Ayolah, mengaku saja. Aku juga kok. Berarti kita sama. Barangkali itu maksud tatapan masing-masing dari mereka kepada temannya. Sang dosen menanyai mereka satu-satu. Dan hasilnya sama, senyum malu dan tawa kecil yang sebenarnya mereka menertawakan diri mereka sendiri, cukup menjawab pertanyaan ibu dosen.

Ibu dosen sedikit tersenyum kecut. Beliau bercerita bahwa beliau tidak hanya menemui SKS di satu tempat institusi pendidikan saja, tapi di banyak tempat pendidikan yang lain. Tragis! Mereka, para mahasiswa yang mendengarkan cerita tersebut, terlihat kaget karena ternyata tidak hanya mereka yang menggunakan sistem tersebut. Tapi banyak pelajar lain juga menggunakannya.

Dan yang membuat mereka lebih terkejut lagi, Ibu Dosen mengatakan bahwa tidak hanya pelajar di negeri ini saja yang ber-SKS ria. Bahkan pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri pun tidak mau ketinggalan. Mereka juga menerapkan SKS, sampai-sampai seorang profesor di Jepang pernah berkata pada ibu dosen, “Ketika menjelang ujian, saya harus selalu mengumumkan kepada mahasiswa saya bahwa besok akan ada ujian. Karena saya tahu bahwa mahasiswa Indonesia memakai sistem kebut semalam.”

What? Nampaknya ini menjadi pukulan telak bagi kita. Memang tidak semua pelajar di Indonesia memakai prinsip SKS. Pasti ada sebagian yang telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelumnya, walaupun itu mungkin hanyalah sebagian kecil.

Semoga setelah ini kita dapat mengurangi kebiasaan ber-SKS ria. Bagaimanapun, persiapan yang telah dilakukan jauh hari sebelumnya itu jauh lebih baik ketimbang dadakan. Selain itu perlu bagi kita untuk merubah pola pikir, pola belajar, pola kesibukan bagi yang benar-benar sibuk. Karena kita dapat menikmati kehidupan ini adalah dengan bersyukur dan menikmati proses dalam perjuangan yang kita lakukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Seperti yang dikatakan oleh seorang ilmuwan yang bernama Lord Kelvin,“Kemungkinan untuk mendapatkan keberuntungan harus dipersiapkan matang-matang.”.

Nanda I. R.
Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA ITS

Berita Terkait