ITS News

Senin, 02 September 2024
02 September 2012, 06:09

Mengenang Pejuang ITS (6)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sejarah ITB
Tidak jauh berbeda dengan Universitas Indonesia (UI), sejarah ITB dimulai atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Gagasan mula pendiriannya, terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit. Hal ini disebabkan terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia (PD) I.

Pada 3 Juli 1920, Belanda mendirikan Technische Hoogeschool te Bandoeng yang disingkat menjadi TH te Bandoeng, TH Bandung, atau THS. Tahun ini pula yang dicantumkan dalam logo Ganesha ITB saat ini. THS merupakan sekolah tinggi pertama yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia dengan tenaga pengajar sepenuhnya dari Belanda.

THS memiliki satu fakultas, de Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknik) yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg- en Waterbouwkunde (Jurusan Teknik Sipil). Tak banyak warga pribumi yang bisa menempuh pendidikan di sini. Salah satu dari sedikit itu adalah Ir Soekarno yang meraih gelar insinyurnya dalam bidang teknik sipil.

Banyak gedung-gedung lama THS yang sampai saat ini masih gagah berdiri di kampus ITB. Namun sayangnya, THS harus ditutup 8 Maret 1942 karena Indonesia telah diduduki Jepang. Tepatnya tanggal 1 April 1944, THS dibuka kembali oleh pemerintah militer Jepang dengan nama Bandung Kogyo Daigaku (BKD) yang hanya bertahan sampai kemerdekaan RI. Pada masa awal kemerdekaan, BKD pun diubah namanya menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung,

Tetapi di bulan Oktober 1945, Inggris yang diboncengi tentara Belanda (NICA) menyerbu Bandung. Sehingga, mulai bulan November 1945 kuliah dibubarkan. Dan, pada tanggal 6 Januari 1946 kantor itu dipindahkan ke Yogyakarta, kemudian bergabung dengan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada.

Sementara itu, NICA tak mau kalah. Pada tanggal 21 Juni 1946, NICA mendirikan Universiteit van Indonesie (UvI) yang memiliki lima fakultas dengan Faculteit van Technische Wetenschap sebagai pengganti STT Bandung di lokasi kampus THS terdahulu. Terjadilah dualisme lembaga versi NICA dan pemerintah Indonesia di Yogyakarta. UvI sendiri merupakan cikal bakal berdirinya UI.

Ketika Belanda telah keluar sepenuhnya dari Indonesia, STT Bandung di Yogyakarta menjadi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Sedangkan, Faculteit van Technische Wetenschap menjadi Fakultas Teknik serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UI. Sehingga pasca revolusi kemerdekaan tersebut, Indonesia memiliki dua Fakultas Teknik, di Bandung (UI) dan Yogya (UGM).

Kemudian pada tanggal 2 Maret 1959, Fakultas Teknik serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam secara resmi memisahkan diri menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Tanggal inilah yang dijadikan tanggal dan tahun Dies Natalis kampus Ganesha tersebut, walaupun logonya memakai tahun 1920.

Sejarah IPB
Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan, yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum PD II, lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouwschool (Sekolah Menengah Pertanian), Middelbare Bosbouwschool (Sekolah Menengah Kehutanan) dan Nederlandsch Indiche Veeartsenschool (Sekolah Kedokteran Hewan Hindia Belanda).

Lalu pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian di Bogor dengan nama Landbouw Hogeschool (Sekolah Tinggi Pertanian), yang kemudian pada tanggal 31 Oktober 1941 dinamakan Landbowkundige Faculteit (Fakultas Pertanian).

Tak sampai satu tahun, Landbowkundige Faculteit ini terpaksa ditutup pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Sedangkan Nederlandsch Indische Veeartsenschool tetap berjalan. Hanya saja namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku (Sekolah Dokter Hewan Bogor). Sejalan dengan masa kemerdekaan, maka pada tahun 1946 pemerintah RI mengubahnya menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH).

Selanjutnya, saat pendudukan NICA, pada tahun 1947 Landbowkundige Faculteit dibuka kembali dengan nama Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen (Fakultas Ilmu Pertanian) yang mempunyai Jurusan Pertanian dan Kehutanan. Sedangkan PTKH pada tahun 1948 dijadikan Faculteit voor Dierge neeskunde (Fakultas Kedokteran Hewan) di bawah Universiteit van Indonesie.

Pasca pendudukan Belanda, pada tahun 1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian UI dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan. Adapun Faculteit voor Dieergeneeskunde berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan. Selanjutnya, pada tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan UI.

Lalu, tepat pada 1 September 1963 kedua fakultas tersebut memisahkan diri dari UI dan menjadi IPB. Saat awal berdiri, keduanya berkembang menjadi lima fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan.

Sejarah Kampus Unair
Sejarah kelahiran Universitas Airlangga (Unair) hampir sama dengan UI yang bersinggungan dengan Sekolah Kedokteran zaman kolonial Belanda. Pada tanggal 9 Oktober 1847, pemerintah kolonial Belanda berniat untuk mendirikan sekolah tinggi guna mendidik pemuda-pemuda Jawa yang berbakat menjadi ahli-ahli praktek kesehatan. Sehingga, pada tanggal 2 Januari 1849, didirikanlah Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS/Sekolah Kedokteran Hindia Belanda).

Selain NIAS, pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan School Tot Opleiding Van Indische Tandarsten (STOVIT/Sekolah Pendidikan Dokter Gigi Hindia). Kala pendudukan Jepang, STOVIT berganti nama menjadi Ika Daigaku Shika hingga awal kemerdekaan RI.

Dua tahun kemudian, pemerintah Belanda mengambil alih dan kemudian mengganti namanya menjadi Universitaire Tandheekunding Institute (UTI/Sekolah Kedokteran Gigi) serta membuka kembali NIAS dengan nama Faculteit der Geneeskunde (Fakultas Kedokteran) di bawah naungan Universiteit van Indonesie. Lalu, di bawah otoritas Republik Indonesia Serikat (RIS) pasca Konferensi Meja Bundar (KMB), UTI kembali berganti nama menjadi LKIG (Institut Kedokteran Gigi).

Setelah Belanda kembali ke negaranya, tahun 1948 LKIG dan FdG menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi UI. Hingga bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan kesembilan, 10 November 1954, Unair secara resmi berdiri. Nama ‘Airlangga’ ini diambil dari nama raja yang memerintah Jawa Timur pada tahun 1019-1042, yaitu Rakar Galu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramattungadewa atau dikenal dengan nama Prabu Airlangga.

Saat berdiri, Unair memiliki lima fakultas, yaitu Kedokteran dan Kedokteran Gigi (keduanya pecahan dari UI, red), Fakultas Hukum yang dulunya merupakan cabang UGM, Fakultas Sastra di Denpasar yang kemudian memisahkan diri menjadi bagian dari Universitas Udayana, serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Malang yang memisahkan diri menjadi Universitas Negeri Malang (UM).

Unair pun menjadi kampus negeri pertama yang didirikan di kawasan Indonesia Timur. Lalu menyusul pendirian kampus-kampus lainnya. Di antaranya, IKIP Malang atau UM (1954), Universitas Hassanuddin (Unhas) pada 1956, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 1960, Universitas Brawijaya pada 1961, Universitas Udayana (1962), Universitas Mataram pada 1962, Universitas Nusa Cendana (1962) dan universitas lainnya.

a.n Tim Djoeang

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Mengenang Pejuang ITS (6)