ITS News

Senin, 02 September 2024
15 November 2015, 19:11

Pergerakan Mahasiswa Penentu Nasib Bangsa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tak terasa, peristiwa bersejarah itu terlewatkan. Tokoh – tokohnya pun dikenang sebagai pahlawan. Di antaranya adalah mereka yang berasal dari kalangan mahasiswa. Seperti dr Cipto Mangunkusumo, Ir H Juanda Kartawijaya, Prof Muh Yamin, SH Drs Mohammad Hatta, Marsda TNI Prof dr Abdurrahman Saleh, Prof Mr Achmad Subarjo, dan banyak lagi.

Mereka berjuang tidak dengan angkat senjata. Namun, dengan berdiplomasi untuk Indonesia yang merdeka kala itu. Di kala Indonesia belum merdeka, mahasiswa ambil bagian besar dalam perjuangan kebebasan negara ini. Pada 20 Mei 1908, mahasiswa membentuk organisasi pertama untuk bergerak, yaitu Boedi Oetomo. Sebagai pelopor, Boedi Oetomo memiliki peran yang penting, karena banyak organisasi mahasiswa bermunculan setelahnya.

Terlepas dari itu, pada 1998 pergerakan mahasiswa membawa angin segar bagi pemerintahan Indonesia. Runtuhnya rezim orde baru, menuntut reformasi dan dihapuskannya KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme). Lewat pendudukan gadung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Suharto melepaskan jabatannya.

Sejarah panjang negeri ini pun tak lepas dari kontribusi kaum mahasiswa dalam prosesnya. Mereka adalah kaum muda terpelajar, yang bergerak secara aktif untuk Indonesia yang lebih baik. Waktu bergulir, orientasi perjuangannya pun berubah sesuai dengan kebutuhan masanya. Saat ini tentu saja, kita tak perlu angkat senjata untuk melawan penjajah. Karena kita sudah merdeka.

Mahasiswa menjadi ujung tombak bangsa ini. Mengemban amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, pengabdian), mahasiswa menjadi penyambung lidah antara Rakyat Indonesia dengan pemerintahannya. Tak heran, kaum intelektual ini sering beraksi dimana – mana untuk memperjuangkan hak – hak rakyat ataupun mengkritisi kebijakan pemerintah.

Ketika harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik dan harga beras melambung, mahasiswa melakukan demonstrasi di mana – mana. Tujuannya bukan untuk diri mereka sendiri. Namun untuk membela rakyat miskin yang tertindas. Mereka juga sering memberi masukan kepada pemerintah perihal kebijakan yang akan diambil. Tak heran, pejabat – pejabat negara ini sering mengajak mahasiswa berdiskusi seputar permasalahan negeri.

Mengabdi untuk rakyat pun selalu dilakukan mahasiswa. Mereka membuat karya – karya lalu diaplikasikan untuk masyarakat. Banyak proyek mikrohidro yang sedang dikembangkan di daerah terpencil oleh mahasiswa.Tujuannya, agar masyarakat dapat merasakan kenikmatan pasokan listrik.   

Tak cukup membela rakyat, perjuangan mahasiswa pasca kemerdekaan adalah mengharumkan nama bangsa dihadapan dunia. Bersaing dengan bangsa lain untuk menjadi pemenang. Tak diragukan lagi torehan prestasi mahasiswa Indonesia. Buktinya, pada Maret 2015 lalu, tim Sapu Angin ITS berhasil menyabet juara pertama untuk kategori urban concept diesel dalam ajang Shell Eco Marathon (SEM). Selain itu, banyak medali – medali olimpiade berkelas internasional dibawa pulang ke ibu pertiwi.

Tak dapat dipungkiri, mahasiswa memiliki peran besar terhadap negeri ini. Baik dari sejarah ataupun dari perjuangan mereka mengibarkan bendera merah putih di panggung dunia. Namun, apakah seluruh mahasiswa Indonesia memiliki bobot yang sama ?

Sejenak saya berpikir, apakah seluruh mahasiswa Indonesia merasa memiliki rasa tanggung jawab yang sama sebagai Agent of Change (generasi perubahan), Social Control (kontrol sosial), Iron Stock (generasi penerus) ataupun Moral Force (penjaga moral). Jawabannya tentu saja tidak.

Tidak semua mahasiswa Indonesia berkontribusi untuk bangsa dan negaranya. Kita tidak dapat menutup mata bahwa hampir di setiap demonstrasi akan selalu diwarnai dengan kericuhan dan anarkisme. Tak heran jika membakar ban merupakan tradisi wajib di setiap aksi mahasiswa.

Di lain sisi, tak sedikit pula dari kaum terpelajar ini menggunakan narkoba. Kaum mahasiswa selalu menjadi sasaran empuk bagi pengedar narkoba untuk menjajakan dagangannya. Wajar saja, karena mereka berada di usia muda, dan belum memiliki keteguhan hati yang kokoh. 

Bahkan, seks bebas sudah menjadi candu. Banyak diberitakan jika seorang mahasiswa memperkosa temannya sendiri. Ataupun video mesum yang melibatkan mahasiswa. Pergaulan bebas mengakibatkan gaya hidup hedonisme yang bukan tradisi dari bangsa ini. Saat ini pun kita sedang terjajah. Bukan dijajah oleh Belanda ataupun Jepang. Sikap buruk dan mental para penerus bangsa ini yang sedang terjajah.

Inilah cerminan penerus bangsa saat ini. Memang tidak semua mahasiswa bertingkah demikian. Dikutip dari Kompas, 30 persen penduduk Indonesia berusia 19 – 24 tahun adalah mahasiswa. Hanya sepertiga. Kita tidak tahu, berapa persen yang berjuang untuk NKRI, dan berapa persen yang hanya berhura – hura.

Pada akhirnya, persoalan ini kita kembalikan kepada mahasiswa, pion – pion penerus bangsa. Untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik, maka tergantung kaum mudanya akan bersikap seperti apa. Tidak mungkin Indonesia akan jaya jika dipimpin mantan pecandu narkoba ataupun penyuka seks bebas. Mahasiswa mengemban amanah besar untuk meneruskan bangsa ini. Seberapa baik mereka kelak, maka tergantung hari ini mereka bertindak dan berkontribusi.

Iqbal Lucky

Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika

Angkatan 2014

Berita Terkait