ITS News

Minggu, 01 Desember 2024
15 Maret 2005, 12:03

Sibuk Sendiri-Sendiri, tapi Saling Memahami

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Begitu pula istri dan anak-anaknya. Mereka sibuk sendiri-sendiri. Lalu bagaimana mereka menjaga keharmonisan keluarga? Seperti tak mau kalah, Ny Nadia Hasby, istri Muchayat, waktunya banyak habis untuk mengurusi perusahaan dan yayasan sosial. Sementara dua anaknya, masing-masing Munadi Herlambang dan Deny Alamsyah yang masih kuliah di Jurusan Teknik Kimia ITS, selain sibuk belajar juga mulai menekuni dunia bisnis. Dengan demikian, praktis hanya Nurul Fajriah, si bungsu yang masih duduk di bangku kelas II SMU Tri Murti saja yang banyak tinggal di rumah.

"Saya memang mendidik anak-anak agar mandiri," kata Muchayat dalam perbincangannya dengan Jawa Pos, kemarin.
Muchayat adalah tokoh yang memiliki seabrek kesibukan. Selain mengurusi beberapa perusahaan pribadi, dia banyak menghabiskan waktunya untuk mengabdi kepada negara. Saat ini dia masih tercatat sebagai dosen senior di Jurusan Teknik Kimia ITS dan menjabat sebagai wakil ketua Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN).

Jabatan terakhir itulah yang banyak menyita waktu pria berusia 51 tahun ini. Sebab untuk bisa menjalankan tugas secara baik, dia harus merelakan lebih dari separuh waktunya untuk tinggal di ibu kota. Ya, dalam seminggu, empat hari dia harus tinggal di Jakarta. Mulai Senin hingga Kamis. Baru hari Jumat sampai Minggu dia sempat mengurusi perusahaan dan keluarga. "Tugas negara adalah kepercayaan dan kehormatan. Karena itu harus dijalankan secara baik," lanjutnya. Apakah istri dan anak-anak tidak protes? "Kami bisa memahami kesibukan Bapak, kok," kata Nadia, sang istri.

Keluarga ini bisa kumpul secara utuh, praktis hanya tiga hari dalam seminggu. Karena setiap Jumat hingga Minggu, Muchayat baru bisa pulang ke Surabaya. Itu pun waktunya juga masih dipangkas untuk mengurusi enam perusahaan milik keluarga.
Karena itu, waktu yang sedikit itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh keluarga ini. Kalau kebetulan Muchayat sedang libur, hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk tinggal di rumah. Berkumpul dengan istri dan ketiga anaknya. Dia sangat jarang keluar rumah kalau hanya untuk sekedar jalan-jalan. Begitu pula dengan sang istri, bila Muchayat berada di Surabaya, dia banyak mengurangi aktivitasnya di luar rumah. "Kalau sudah begitu, keluar rumah pun, istri saya pasti ikut," ujar mantan ketua Kadinda Jatim ini.

Bagaimana dengan pendidikan anak-anak?

Masalah yang satu ini, menurut Muchayat, menjadi prioritas utama. Bahkan untuk urusan pendidikan, pria yang pernah menjadi pelatih karate Jenderal Wiranto dan Jenderal Agus Wirahadikusumah ini, bukan hanya masalah sekolah saja, tapi juga ilmu agama. Sejak anak-anak baru menginjakkan kaki di bangku TK, guru mengaji telah didatangkannya ke rumah untuk memberikan les privat kepada mereka. Masalah ini dia anggap penting, karena untuk mencetak anak menjadi manusia yang tagguh, syarat utamanya harus memiliki pengetahuan agama yang cukup. "Kalau ilmu agamanya baik, kita tidak lagi takut dengan pergaulan model apa pun," tandas pria kelahiran Gresik itu.

Masalah pergaulan dan pilihan hidup anak-anaknya, Muchayat mengaku tidak pernah mengarahkan. Semua diserahkan kepada yang bersangkutan. Dia pun memberi kepercayaan penuh kepada anak-anaknya untuk hal tersebut. "Anak itu kalau sudah umur 14 tahun, harus diberi ruang gerak sesuai warna dia sendiri. Asal kita bekali ilmu agama, semua akan aman," jelas pemegang sabuk hitam Dan V Inkai ini.

Apa yang dia sampaikan tersebut nampaknya bukan hanya omong kosong. Buktinya, anak-anaknya tak satu pun yang sampai terjerumus pada gaya hidup yang tidak perlu. Seperti mengonsumsi narkoba atau pergaulan bebas lainnya. Bahkan, bila seluruh kegiatan di luar rumah telah selesai, mereka cepat-cepat pulang dan menjalankan ibadah salat maghrib bersama rumah. (nw/hud)

Berita Terkait