ITS News

Senin, 30 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Dosen ITS Jadi Anggota RINA

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Organisasi Kelautan Tertua di Dunia
SURABAYA – Satu lagi prestasi ditorehkan sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tiga dosennya diangkat menjadi Member of The Royal Institution of Naval Architecs (MRINA). Mereka adalah Prof Dr Daniel M. Rosyid, Dr Ir Djauhar Manfaat MSc, dan Dr Ir I Ketut Aria Pria Utama MSc.

Dengan menjadi member (anggota), artinya mereka diakui kepakarannya dalam bidang kelautan secara internasional. RINA adalah organisasi yang didirikan sejak 1860. Anggotanya tidak hanya terdiri dari para akademisi saja. Tetapi juga para praktisi industri kelautan. "RINA adalah organisasi kelautan tertua di dunia. Sehingga kualitasnya tidak lagi diragukan lagi," kata Djauhar Manfaat.

Diangkatnya tiga dosen ITS menjadi anggota RINA itu dimulai sejak tahun 1990-an. Saat itu, ITS menjadi perguruan tinggi yang terakreditasi oleh RINA. "Artinya ITS diakui sebagai salah satu perguruan tinggi yang mumpuni di bidang kelautan," sambung lulusan University of Strathclyde, Glasgow, Skotlandia ini.

Lalu pada Januari 2003, tiga orang itu diangkat menjadi Graduate Member RINA (GMRINA). Ini adalah status keanggotaan terbawah dalam RINA. "Sebagai GMRINA, kami berhak mendapatkan informasi terbaru tentang teknologi kelautan atau perkapalan. Informasi itu dapat berupa jurnal atau bahan-bahan lain," kata pria kelahiran 2 Desember 1960 ini.

Ternyata pada 2 September lalu, mereka mendapat kabar bahwa mereka diangkat menjadi Member RINA (MRINA). Yaitu, status keanggotaan yang lebih tinggi. "Padahal biasanya seorang GMRINA perlu waktu empat tahun untuk mencapai MRINA," kata I Ketut Aria Pria Utama.

Di antara GMRINA dan MRINA, ada tingkat associate member. "Tetapi, kami berhasil melampaui tingkat itu," kata Ketut yang juga pembina tim ITS Maritime Challenge di Toulon, Prancis itu.

"Kami sangat berbahagia dengan pengangkatan ini. Sebab ini berarti keilmuan kami diakui di dunia internasional," terang lulusan University of Southampton, Inggris ini.

Di Indonesia, baru sekitar 40-an orang yang bisa mencapai status GMRINA. Sedangkan yang berhasil mendapatkan status MRINA ya baru tiga dosen ITS tersebut. "Ini membawa dampak yang luas, baik terhadap ITS maupun terhadap Indonesia, di dunia akademik maupun industri. Sebab sudah bisa dibuktikan bahwa pakar-pakar perkapalan di Indonesia diakui secara internasional," pungkas Ketut.(dos)

Berita Terkait