ITS News

Senin, 30 September 2024
07 Januari 2006, 09:01

ITS Ingatkan Longsor Susulan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Desa-desa lokasi banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Jember masih berisiko mengalami longsor susulan. Ini akibat kondisi lahan di atas lokasi longsor yang tidak stabil, selain hujan deras yang terus mengguyur.

Prediksi ini disampaikan tim ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya yang kemarin meninjau langsung lokasi longsor di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. "Kami meminta masyarakat mewaspadai gejala-gejala akan terjadinya longsor bukan hanya di wilayah yang longsor, tapi juga kawasan yang rawan longsor," kata Amien Widodo M.S, ketua Pusat Studi Bencana ITS, kemarin.

Karena ancaman bahaya susulan itu, Pusat Studi Bencana ITS kini menyiapkan brosur yang berisi tentang cara mendeteksi awal akan terjadinya longsor. Juga disertakan cara-cara penyelamatan dan beberapa panduan lain yang dikemas dalam satu judul Bersahabat dengan Longsor. "Ini kami buat agar masyarakat paham dan selalu waspada, sehingga lahan longsor tidak memakan korban jiwa," katanya.

Amien menjelaskan, sebenarnya penduduk setempat bisa mengamati dengan kasat mata akan tanda-tanda awal bakal terjadi longsor. Seperti munculnya retakan-retakan tanah, pohon yang tumbuh tidak normal, serta pohon yang terangkat dan terlihat akarnya.

"Kalau ada tanda-tanda seperti itu, pengamatan harus dilakukan terus-menerus. Kalau perkembangannya cukup cepat, segera melapor kepada pihak yang berwenang untuk dikonsultasikan dan dilakukan perbaikan," katanya.

Amien juga mengungkapkan perlu mewaspadai daerah-daerah di sekitar lereng Gunung Wilis, Gunung Argo Wayang di sebelah barat Gunung Welirang, dan sekitar Gunung Argopuro.

"Daerah-daerah ini sangat berpotensi longsor. Pertimbangannya, di daerah-daerah itu usia tanah hasil pelapukan sudah jutaan tahun, sehingga tidak lagi kuat terikat pada bebatuan," ungkapnya.

Pada kondisi itu, kata dia, terjadinya longsor tinggal menunggu waktu. "Ada beberapa faktor alam yang mempercepat terjadinya longsor, seperti hujan deras yang berlangsung lama, getaran gempa, dan perubahan vegetasi karena kebakaran hutan," tegasnya.

Selain itu, angin ribut bisa menyebabkan kerusakan hutan, tumpukan longsor di lereng, serta pemotongan lereng bagian bawah akibat erosi sungai atau dan adanya gua bawah tanah yang runtuh," katanya.

Faktor manusia juga dapat mempercepat terjadinya longsor. Misalnya, penebangan dan pembakaran hutan, penambahan beban pada lereng, pelebaran jalan, pelebaran rumah, dan lain-lain. "Di Jember, penyebab pastinya kami belum tahu. Namun, secara geologis, itu terjadi karena tanah hasil pelapukan yang usianya sudah jutaan tahun, sehingga tidak lagi mampu bertahan, " katanya.

Amien sendiri tidak sependapat jika musibah di Jember itu semata-mata akibat penggundulan hutan. Secara teoretis, ketika pohon ditebang dan masih meninggalkan akar, tidak serta merta akarnya mati dan terjadi pelapukan. Masih butuh waktu sekitar 10 sampai 15 tahun untuk menjadi busuk.

"Atas dasar itu saya belum dapat memastikan penyebab musibah di Jember itu. Yang terpenting bagaimana masyarakat sadar akan segala kemungkinan longsor di sekitar mereka," ujarnya. Karena itulah, dalam waktu dekat pihaknya akan memperbanyak poster atau selebaran antisipasi. (wah/jpnn)

Berita Terkait