ITS News

Senin, 30 September 2024
19 Februari 2006, 15:02

Mahasiswi ITS Buat Program untuk Iridologi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

MENYELESAIKAN tugas akhir selama sebelas bulan bisa dibilang cukup lama. Apalagi, ilmu yang diutak-atik berseberangan. Itulah yang dialami Renni Andriani. Dia harus mempelajari ilmu kesehatan saat mengerjakan tugas akhir membuat software yang berjudul Identifikasi Kolesterol pada Manusia melalui Deteksi Kerusakan Iris. Atas keberhasilannya tersebut, mahasiswi Teknik Informatika ITS itu dinyatakan lulus dan meraih nilai A. Renni sengaja mengambil masalah kesehatan. Sebab, dia menginginkan tugas akhirnya bisa diaplikasikan langsung ke masyarakat. "Kolesterol merupakan masalah kesehatan yang kerap dihadapi masyarakat karena pola makan buruk," terang gadis berusia 23 tahun itu. "Di lain sisi, deteksi penyakit lewat iris juga sedang marak. Karena itu, saya mengajukan judul ini ke dosen pembimbing saya," lanjutnya.

Dr Ir Joko Lianto Buliali MSc, selaku pembimbing, langsung menyetujui rancangan tugas akhir mahasiswa angkatan 2000 itu. Demikian pula dengan dosen senior elektro ITS Prof Dr Ir Mauridhi Hery P. MEng. "Pak Mauridhi suka dengan tugas akhir yang aplikatif," ujarnya.

Sebenarnya, iridologi bukan hal baru di sejarah medis dunia. Ilmu tersebut dipopulerkan Philip Meyers pada 1670. Hanya, ilmu itu mulai ngetren di Indonesia baru-baru ini. Selama ini, dokter menggunakan cara manual untuk iridologi. Mata si pasien difoto, lalu diperbesar sebanyak 10 kali. "Saya ingin menyederhanakan sistem untuk memudahkan pemeriksaan," ungkap Renni

Cara kerja perangkat lunak itu sederhana. Mata pasien dipotret menggunakan kamera digital, kemudian di-scan. Selanjutnya, mata tersebut di-crop hingga gambar yang tersisa hanya iris. Setelah diperbesar tiga kali, iris dicocokkan dengan database berisi iris penderita kolesterol. "Saya pernah mencoba webcam. Namun, hasil gambarnya kurang bagus dibandingkan melalui kamera digital," jelasnya.

Masukan berharga diperolehnya dari pakar iridologi Jakarta. "Saya kebetulan bertemu dengan ahli iridologi dan berdiskusi banyak hal tentang ilmu ini. Saya lupa nama lengkapnya, panggilannya dr Dewi," kata penggemar filateli tersebut.

Dari pakar itu, dia tahu bahwa iris mata penderita kolesterol rata-rata memiliki selubung putih di lapisan luarnya. "Saya mengumpulkan foto-foto iris mata penderita kolesterol dan nonkolesterol atas bantuannya. Juga, dari satu dokter penyakit dalam Surabaya yang tidak mau disebut namanya," jelasnya.

Proses pengumpulan database itu memakan waktu cukup lama. "Sebagian besar waktu saya gunakan untuk mendalami iridologi. Juga untuk mengumpulkan foto dan mengetahui dasar penelitian medis," papar lajang kelahiran 12 November 1982 tersebut. Dari situlah dia tahu harus menggunakan standar sensitivitas dan spesifisitas.

"Saya melakukan 60 kali penelitian. Yaitu dengan menggunakan alat dan tes darah. Ternyata, masih ada kesalahan sebesar 25 persen," tuturnya. Salah satu kesalahan itu disebabkan cahaya ketika pemotretan. Untuk menutup kekurangan tersebut, dia berjanji segera menyempurnakan perangkat lunaknya. "Dosen penguji dan pembimbing bilang, software ini bisa dijual dan digunakan ke masyarakat bila sudah sempurna," kata Renni yang akan diwisuda Maret mendatang itu. (pus)

Berita Terkait