Satu Syawal, kata NUH, merupakan fenomena alam yang pasti. Akan menjadi janggal jika fenomena tunggal itu dimaknai berbeda oleh berbagai komponen Muslim.
“Fenomena alam ini punya unsur kepastian. Rukyah maupun Hisab untuk menentukan 1 Syawal sebenarnya soal teknis, tapi punya implikasi keagamaan karena dasar teknis itu yang menentukan keputusan keagamaan,” ujarnya.
Ke depannya, kata MUH, seharunya perbedaan ini tak boleh terjadi. Perbedaan ini sebenarnya bisa dihindari dengan dijalinnya komunikasi antar ormas Islam, lembaga riset, dan perguruan tinggi yang dikoordinir Departemen Agama. Masing-masing elemen di forum itu bisa membeber metodenya masing-masing, kemudian dilakukan eksperimen.
“Tiap bulan harus dilakukan pertemuan, eksperimen, rukyah, dan verifikasi. Cocok atau tidak, sehingga pada penentuan 1 Syawal tidak ada perbedaan karena sudah ada data 10 bulan hasil rukyah. Tiap ormas juga harus memiliki ikhtiar meminimalisir perbedaan,” ujarnya.
Seperti diketahui, Pemerintah melalui Departemen Agama dalam Sidang Isbath kemarin malam memutuskan 1 Syawal jatuh pada Senin (23/10), sedangkan PP Muhammadiyah lewat metodenya memutuskan 1 Syawal jatuh pada Selasa (24/10).
Keputusan PP Muhammadiyah ini diikuti oleh PW NU Jatim. Kemarin malam, ALI MASCHAN MUSA Ketua PW NU menyatakan 1 Syawal jatuh hari ini. Keputusan PW NU Jatim ini berbeda dengan keputusan PB NU yang bersepakat dengan Pemerintah Pusat.
Kabupaten Kediri, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melahirkan inovasinya untuk masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh
Kampus ITS, ITS News — Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Kampus ITS, ITS News – Tingginya tingkat stunting di Indonesia masih menjadi permasalahan serius yang perlu segera ditangani. Menyadari
Kampus ITS, ITS News — Adanya keterbatasan fisik pasca kecelakaan mengharuskan Muhammad Noer Yusuf Joko Samodro menggunakan kursi roda