ITS News

Minggu, 29 September 2024
08 Maret 2007, 08:03

ITS Dorong Lulus Tepat Waktu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Kalau hanya berpikir pada tataran dalam negeri, kita akan tergilas. Berpikirlah persaingan di luar. Mengapa semakin banyak mahasiswa kita yang memilih belajar di Malaysia atau Singapura," ungkap Ir Sudiyono Kromodiharjo MSc PhD, ketua Pusat Jaminan Mutu (PJM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

PJM ITS didirikan sejak 2003. Konsentrasi mereka kini terfokus pada bagaimana meluluskan mahasiswa tepat waktu dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sangat memuaskan dan mengembangkan kurikulum internasional. "Saingan kita adalah perguruan tinggi mancanegara."

Saat ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Depdiknas memang sedang menggalakkan pembentukan lembaga penjaminan mutu, termasuk di perguruan tinggi swasta. Hal itu merupakan upaya meningkatkan standar kualitas perguruan tinggi di tanah air.

Sudiyono menyatakan, bila mutu tidak diperbaiki, semakin banyak yang meragukan perguruan tinggi di Indonesia. "Lihat saja mahasiswa kita, banyak yang molor lulusnya. Yang bikin heran, dosennya tenang-tenang saja. Kalau saya, sudah gemas," tegas dosen Teknik Mesin itu.

Dia menyebutkan, rata-rata mahasiswa di ITS dan perguruan tinggi negeri umumnya masih KW 2 alias kualitas nomor dua. "Lulus lama, IPK tak begitu bagus," katanya.

Dia selalu menekankan bahwa key performance indikator mutlak diperlukan. "Pokoknya, semua harus pakai rumus PDCA, plan, do, check, and action."

Sudiyono mengungkapkan, mahasiswa ITS yang lulus tepat waktu berada di bawah angka 50 persen. Menurut data yang dicatat Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan (BAAK), pada September tahun lalu, di antara 870 wisudawan, hanya 385 mahasiswa yang lulus tepat waktu. Lalu, sekitar 25 persen mencapai lama studi 4,5-5 tahun. Sisanya lulus di atas lima tahun. Kondisi tahun-tahun sebelumnya pun tidak jauh berbeda.

Kinerja dan kedisiplinan dosen, keberhasilan mahasiswa, serta efektivitas kerja dinilai masih kedodoran. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab tidak adanya perguruan tinggi Indonesia yang mampu menembus peringkat 100 besar dunia.

"Makanya, Pusat Penjaminan Mutu Universitas Airlangga (PPM Unair, Red) sekarang berkonsentrasi memperbaiki poin kurikulum dan kedisiplinan akademik," tegas Prof Dr Soejipto MS PhD, ketua PPM Unair.

Poin akademik, kata dia, merupakan poin utama yang ingin segera dibereskan Unair. PPM Unair dirintis pada akhir 2003 dan baru resmi didirikan pada Maret 2005. "PPM Unair didesain berjenjang," kata Unggul Heriqbaldi, SE MSi MAppEc, sekretaris PPM Unair.

Jenjang yang dimaksud adalah universitas, fakultas, dan program studi (prodi). Jenjang dibebaskan hingga prodi yang dinilai berkompeten menetapkan target masing-masing. "Target universitas menjadi acuan bagi fakultas dan prodi," ujar Eriq -panggilan Unggul Heriqbaldi.

Prodi memetakan standar kurikulum akan dijalankan dalam action plan. Perguruan tinggi harus memiliki kurikulum global dan silabus dalam bentuk cetakan. Dosen pun harus rajin mengisi absensi, mencatat kegiatan perkuliahan (termasuk ketika akan memulai dan hasilnya), serta siap dinilai kinerjanya oleh mahasiswa lewat kuesioner.(ara)

Berita Terkait