ITS News

Sabtu, 28 September 2024
09 April 2007, 09:04

Dua Mahasiswa FTSP ITS yang Berdandan Nyeleneh

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Di ITS, Danny Dwi Rahmanto hanya mahasiswa biasa. Dia bukan pengurus sebuah organisasi kemahasiswaan. Prestasi akademiknya pun tak terbilang menonjol. Namun, sebagian besar penghuni kampus di kawasan Sukolilo itu ternyata mengenal Danny. Minimal, banyak yang pernah melihat dia.

Blacky -sapaan Danny- memang pantas dikenal banyak orang. Betapa tidak, dia kerap berdandan tak lazim untuk ukuran mahasiswa. Ketika ditemui di kampusnya pada suatu siang -astaga- Danny memakai celana boxer superpendek. Blacky menyebut celana itu hot pants.

Kakinya yang telanjang hanya dibungkus sneakers cokelat tanpa kaus kaki. Aksesori di tubuhnya hanya kalung resin (bahan semacam plastik bening) panjang dan ransel besar. Baju Blacky pun sangat sederhana. Yaitu, kaus tipis tanpa kerah. "Surabaya panas," ungkap Blacky ketika ditanya soal alasan dirinya berdandan mirip arek ilang (anak hilang) itu.

Dengan dandanan tersebut, Blacky kerap menyita perhatian banyak orang. Apalagi, wajahnya tampak culun dengan kacamata superlebar yang sering disebut kacamata belalang.

"Pasti Mbak menuduh saya belum mandi. Padahal, sehari saya mandi tiga kali, lho," ungkap lajang kelahiran 13 Mei 1984 itu.

Memang, jika mandi Blacky hanya mengguyur badannya. Kepalanya dibiarkan kering. Karena itu, dia pun sadar bahwa penampilannya kerap mirip arek durung adus (anak belum mandi).

Panasnya suhu Surabaya memang membuat Blacky berani berdandan ekstrem seperti itu. Menurut dia, suhu Surabaya lebih kejam dibandingkan Bandung, kota asalnya. "Gerah banget di sini. Makanya, saya suka pakaian yang praktis," ujarnya.

Selain itu, dia memang ingin tampil berbeda serta berciri khas. Lagi pula, dandanan itu berhubungan dengan tugas akhir yang sedang dia rampungkan. Saat ini, mahasiswa jurusan desain interior itu sedang menggarap tugas bertajuk Modern Chic. Menurut Blacky sih, dia berdandan seperti itu untuk merasakan makna chic yang sesungguhnya. Padahal, penampilannya boleh dibilang jauh dari chic yang berarti modis, fashionable, bahkan elegan.

"Habis, saya sering melihat cewek-cewek nge-mal hanya memakai hot pants. Makanya, saya penasaran pengin coba," tegas mahasiswa semester 8 tersebut.

Tentu, hot pants itu menimbulkan sensasi berbeda antara ketika dipakai seorang wanita dengan dipakai Blacky. "Semua orang menatap aneh. Malahan, ada yang terang-terangan ketawa cekikikan. Saya sih cuek aja," katanya.

Akibat dandanan itu, dia sampai di-blacklist oleh orang tua pacarnya. Menurut camer (calon mertua) dia, pakaian Blacky tak sopan. Karena itu, dia memilih berpacaran di luar rumah.

Blacky menyebut style-nya sebagai "santai tapi tetap tahu diri". Dia hanya tampil seperti itu di luar jam perkuliahan. Kalau di kelas, dia memakai celana panjang. Demikian pula ketika dia beribadah. "Jelek-jelek begini saya salat, lho," tegasnya.

Sampai saat ini, Blacky belum pernah diusir dari kampusnya gara-gara dandanan itu. Bahkan, dia pernah mengikuti kelas studio dengan busana khas tersebut. Memang, ketika itu dia harus memastikan bahwa dosennya sedang absen. Kalau ketahuan? "Gampang. Tinggal keluar saja. Beres, kan," ujarnya.

Aries, mahasiswa yang lain, berdandan tak kalah ekstrem. Sehari-hari, cowok gondrong itu ke kampus berbusana gothic ala Marilyn Manson, musikus AS yang mengklaim diri memuja kegelapan. Dia mengikuti dandanan itu. Dia berbedak tebal, berlipstik hitam, dengan rias mata hitam yang digambar seperti air mata.

Yang membedakan dari Marilyn Manson, Aries tak memakai lensa kontak putih dengan bintik kecil hitam. "Iya nih, harga lensa kontak kan mahal. Jadi, cukup begini saja. Ini sudah cukup membuat orang shock, kok," katanya lantas tersenyum.

Siang itu, dia berbaju serbahitam plus sepatu bot. Lehernya berkalung, jarinya berhias cincin besar dengan figur menakutkan. "Ini pemberian teman," jelasnya sembari melihat cincinnya.

Karena itu, sebelum berangkat ke kampus, Aries harus merias diri selama 10-15 menit. Yang paling susah, kata dia, adalah memoleskan bedak. "Susah lho mendapatkan sapuan yang rata," katanya.

Setelah itu, dia memakai lipstik yang dicampur celak hitam. Terakhir, dia merias mata. Aries menyatakan, merias wajah ibarat seni bagi dirinya. Ada kepuasan tersendiri saat dia melihat hasil karyanya lewat kaca. Karena itu, setiap hari pria kelahiran 22 Maret 1983 tersebut berusaha menampilkan dandanan berbeda. Kadang, dia berdandan ala orang menangis. Kadang, dia menggambari separo wajahnya dengan mimik tersenyum dan separo lagi mimik sedih.

Aries memang harus menyisihkan sebagian uang sakunya untuk rias. Setiap dua minggu sekali dia membeli bedak. "Sebab, pakainya (bedak, Red) kan harus tebal," ujar penyuka grup lawas Kiss tersebut.

Dandanan Aries memang membuat dirinya dikenal banyak orang. Oleh Dekan FTSP Priyo Suprobo, dia pernah diminta membawa bendera FTSP ketika Lustrum ITS VIII pada 2005.

Bukan hanya itu. Dia juga dipercaya menjadi wakil ITS dalam workshop kemasan yang diadakan di ITB tahun lalu. "Di sana saya ketemu Aming. Dia sering memanggil saya The Crow," ungkapnya.

Aries mengaku, berdandan seperti itu setiap hari memang ribet. Apalagi, saat terkena panas, dandanan gampang luntur. Belum lagi ada makanan tertentu yang cepat mengikis habis lipstik. Padahal, saat di kampus, dia tak pernah membawa alat kosmetik. "Makanya, saya menghindari makanan berkuah," tegas mahasiswa asal Magetan itu.

Meski demikian, suatu saat nanti, dia juga ingin berdandan "normal" seperti mahasiswa lain. "Tapi, itu setelah saya lulus mata kuliah perencanaan 5," katanya.

Di balik tampang sangarnya yang mirip pengikut sekte sesat, Aries ternyata religius. Selain rajin salat, dia sudah dua kali khatam Alquran. "Doakan sebentar lagi lulus. Saya juga nggak mau berlama-lama sekolah," ungkapnya.

Bagi sebagian mahasiswa, tampang Aries memang menimbulkan kesan negatif. Hal itu dirasakan Sigit Prayitno, salah seorang mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang juga tetangga Aries. "Ternyata, dia pendiam. Ketika ngobrol, ngomongnya ternyata bahasa Jawa medok," jelasnya.

Sigit pun mengungkapkan rasa salut terhadap totalitas Aries. "Saya pikir, dia hanya akan bertahan beberapa bulan dengan dandanan itu. Eh, ternyata dia tetap bertahan sampai sekarang," ujarnya.

Para dosen pun tak mempermasalahkan penampilan dua mahasiswanya itu. R Eka Rizkiantono, dosen Desain Komunikasi Visual, menyatakan bahwa penampilan mahasiswanya tersebut masih dibilang standar. "Mahasiswa seni rupa ITB masih jauh lebih abnormal," katanya lantas terbahak.

Fakultas pun tak akan menindak selama mereka masih mematuhi aturan kampus. "Aturan hanya menyebutkan, mahasiswa harus bersepatu dan berbaju rapi. Jadi, tak masalah meski mereka ke kampus menggunakan make-up atau mengenakan atribut lain," jelasnya.

Dengan dandanan nyeleneh itu, Blacky dan Aries memang menjadi beken. Namun, senyampang masih kuliah, mereka harus bisa membuktikan bahwa suatu saat mereka bisa dikenal lantaran prestasi, bukan sekadar dandanan yang tak lazim. (*)

Berita Terkait