ITS News

Sabtu, 28 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Mau Minta Keringanan Malah Uang Dibawa Kabur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mahasiswa baru ITS ini Rabu siang kemarin tertipu oleh orang yang berpenampilan layaknya mahasiswa di Kampus ITS dan menawarkan jasa untuk membantu memperoleh keringanan dan bea siswa. "Saya percaya saja karena potongannya layaknya mahasiswa dan saat bertemu dia mengaku dari Tegal, tempat asal saya. Apalagi saat omong-omong hamper tiga jam, orang itu memberikan alamat," kata Andi ditemui Kamis (26/8) siang di ruang Pembantu Rektor III ITS.

Saat uluran jasa untuk mendapatkan keringanan itulah maka mahasiswa kelahiran Brebes 14 Februari 1984 ini menyerahkan semua uang yang dibawanya sebesar Rp 3,5 juta. "Sungguh saya tida menyangka kalau orang itu ternyata penipu. Saya diminta menunggu dibawah ketika ia maju meminta keringanan ke gedung rektorat, alasannya, penampilan saya yang hanya mengenakan t-shirt, tidak diizinkan masuk. Saya pun menurut. Tidak berapa lama dia keluar dan omong-omong lagi," kata Andi yang terpaksa harus bermalam di masjid karena kehabisan uang.

Setelah itu, kata alumni SMA Negeri 1 Bumiayu ini, ia diminta untuk menyerahkan nomor peserta dan fotokopi STTB untuk melengkapi permohonannya itu. "Saya kemudian menyerahkannya dan orang itu pun kembali naik ke rektorat. Tidak berapa lama dia turun lagi dan mengajak saya ke BAAK untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan saat itulah saya menyerahkan uang sebesar Rp 3,5 juta," katanya.

Sesampainya di tempat pemeriksaan kesehatan, kata anak pertama pasangan Didit dan Uripah ini, ia diminta menunggu dan orang itu masuk membawa berkas serta uang. "Lama saya menunggu. Sekitar satu jam kemudian saya mencoba masuk dan bertanya dengan petugas di sana, tapi ternyata tidak ada berkas saya. Saya bingung, lalu saya mencoba mencari dan mendatangi alamat yang diberikan orang itu sebelumnya, dan ternyata alamat itu juga palsu," katanya.

Seharian kemarin Andi yang dinyatakan diterima di Jurusan Teknik Sistem Perkapalan itu lunglai. Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat. Di tengah kegelisahan dan kesedihannya itulah ia kemudian melakukan salat ke masjid, dan disitulah ia mendapatkan sara untuk segera menemui PR III dan mengurus kartu peserta SPMB yang hilang karena dibawa si penipu itu.

"Saya benar-benar putus asa. Untung ketika saya mencoba mengurusnya, orang-orang direktorat dan BAAK menaruh simpati dan bersedia membantu. Jadilah saya kemudian dibuatkan surat keterangan pengganti kartu peserta SPMB yang hilang dan di PR III saya dipinjami uang sementara untuk melakukan daftar ulang," katanya sambil mencoba menghilangkan rasa sedihnya.

Dikatakannya, ia memang tidak menyangka kalau laki-laki yang berpenampilan layaknya mahasiswa itu adalah seorang penipu. "Saya memang baru ke Surabaya dan datang sendiri tanpa ditemani orang tua atau teman. Karena tidak mungkin orang tua saya meninggalkan pekerjaannya," kata Andi yang orang tuanya bekerja sebagai montir ini.

Kiranya pengalaman ini bisa dijadikan pelajaran bagi calon mahasiswa yang lain. Jangan percaya dengan bujuk raya dan jasa yang ditawarkan jika memang kita tidak mengenalnya dengan baik.
(Humas–ITS, 26 Agustus 2004)

Berita Terkait