ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
25 Juni 2010, 14:06

Persiapan Tim Maritime Challenge ITS yang Akan Berlaga di Kanada

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

SELASA (22/6) pukul 06.00, 12 mahasiswa dan lima mahasiswi melakukan peregangan otot di tepi kolam KONI Jatim, Jalan Kertajaya. Sekitar 20 menit kemudian, beberapa di antara mereka berlari-lari kecil mengelilingi kolam renang tersebut. Yang lain langsung menceburkan diri dan mulai berenang.

Para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu sedang menjalani latihan intensif. Mereka adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Maritime Challenge (UKM MC) yang menjadi duta Indonesia dalam International Contest of Seamanship and Boatbuilding, Atlantic Challenge 2010. Perlombaan perahu tradisional tingkat dunia tersebut diadakan di Midland, Kanada, 24-31 Juli mendatang.

"Kami diharuskan berenang minimal 1.000 meter tiap berlatih," ungkap Kepala Divisi Humas UKM MC Muhammad Ardian Widyatama. Renang dilaksanakan tiga kali seminggu. Yakni, pada Selasa, Rabu, dan Jumat pukul 06.00-08.00.

Mahasiswa jurusan teknik sistem perkapalan tersebut menjelaskan, latihan intensif dilakukan sejak pertengahan Juni lalu atau bertepatan dengan awal liburan semester genap. Latihan sebelumnya juga telah dilaksanakan. Sebab, kontes itu merupakan agenda rutin tiap dua tahun.

Selain renang, mereka diberi porsi latihan fisik dan teknik. Push-up, sit-up, pull-up, back-up, dan joging adalah sejumlah latihan fisik yang mereka lakukan setiap hari. Para senior di UKM MC menjadi pelatih sekaligus pengawas para mahasiswa tersebut. Mereka juga dilatih beberapa personel TNI-AL sejak Mei lalu.

"Kami banyak berlatih di Koarmatin Tanjung Perak. Kami melakukan simulasi lomba tiap hari. Di sana kami juga diajari teknik berlayar dan mendayung yang benar," papar Ulil Azmi, salah seorang mahasiswi yang akan turut berlaga di Kanada. Saat berlatih, mereka memakai kapal tradisional yang bernama Merdeka. Kapal itu digunakan para senior mereka saat bertanding di ajang yang sama dua tahun lalu.

Dalam kontes level mahasiswa tersebut, ada sejumlah kategori yang diperlombakan. Di antaranya, menjalankan perahu dengan layar, menjalankan perahu dengan dayung, kombinasi keduanya, tali-temali, dan navigasi. Latihan simulasi lomba itu dilakukan tiap hari mulai pagi hingga petang.

Telapak tangan mereka lecet karena terlampau sering berlatih mendayung. "Sampai ngapal semua," ungkap Azmi. Dia menyatakan bahwa mengaku kulitnya menjadi tampak lebih hitam setelah berlatih secara intensif.

Maklum, tiap hari mereka berlatih mendayung dan berlayar ke tengah laut. Mereka menyeberang ke Pulau Madura dengan perahu sepanjang 12 meter itu untuk menguatkan fisik. Melintas di kaki Suramadu adalah santapan wajib. Mereka melakukan latihan tersebut di bawah panas matahari yang menyengat.

"Pelajaran bahasa Inggris dan alat musik angklung juga kami dapatkan," kata Syech Rieffan, salah seorang anggota tim. Pelajaran bahasa Inggris memang dibutuhkan dalam forum internasional. Keterampilan memainkan alat tradisional akan dipamerkan pada malam ramah tamah antar peserta.

Dua pelajaran tersebut dijalani tiap tiga kali seminggu. Pelajaran bahasa Inggris diberikan pada Senin, Rabu, dan Jumat malam. Belajar angklung dilakukan tiap Selasa, Kamis, dan Sabtu malam. Bisa dibilang, jadwal mereka dipenuhi dengan latihan.

Rieffan menuturkan, tiap anggota tim menjadi semakin dekat satu sama lain. Sebab, mereka sering beraktivitas bersama. Mereka saat ini dekat layaknya keluarga.

"Tapi, saking dekatnya, sampai ada yang cinta lokasi," ungkap Azmi. Dia menyatakan, sejumlah anggota tim memelesetkan singkatan MC yang seharusnya kepanjangan dari Maritime Challenge menjadi maritim cinta.

Seluruh anggota tim berharap bisa membawa pulang paling tidak satu penghargaan ke tanah air. Wagub Jatim Saifullah Yusuf mengharapkan hal yang sama dalam acara perkenalan tim di ruang sidang gedung rektorat ITS pada 3 Mei lalu. Waktu itu, pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut berkelakar, lebih baik pulang tinggal nama daripada pulang tidak membawa apa-apa. "Kalian sudah dibiayai mahal-mahal. Masak, tidak dapat apa-apa," ujarnya.

Partisipasi ITS kali ini merupakan yang kelima sejak 2002. Segenap anggota tim yakin, predikat Indonesia sebagai negara maritim akan turut memberikan motivasi moral bagi mereka untuk meraih prestasi di Kanada. "Mungkin, untuk dayung, orang luar negeri memiliki postur dan tenaga yang lebih. Namun, di bidang layar, tali-temali, dan navigasi, yang dibutuhkan kan keterampilan. Kami yakin bisa," tegas Ardian.

Rencananya, tim ITS yang terdiri atas 17 anggota tim dan seorang pembina, Daniel M Rosyied Phd, bertolak ke Kanada pada 12 Juli mendatang. Perahu Garuda Nusantara yang akan dipakai untuk berlaga dikirim pada 25 Mei lalu. (*/c12/nw)

Berita Terkait