ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
09 Agustus 2010, 15:08

Beton Abu yang Lebih Hijau

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Wahyu tidak sedang membuat rumah, bangunan pencakar langit, atau Jembatan Suramadu, yang membentang sejauh 5,4 kilometer. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini berikhtiar menciptakan beton berkekuatan tinggi. "Kuat, murah, dan ramah lingkungan," kata Ir Tavio, Kepala Laboratorium Beton dan Bahan ITS.

Wahyu adalah anggota salah satu tim dari lima tim Teknik Sipil ITS dalam final lomba Indocement Award 2010 pada 5 Agustus lalu. Keunggulan beton karya anak bangsa ini mampu memangkas biaya pembuatan konstruksi bangunan Rp 125 ribu per meter kubik dibanding beton kualitas serupa di pasaran.

Pembuatan beton kualitas tinggi dengan memanfaatkan limbah industri belum banyak diterapkan di Indonesia. Padahal jumlah limbah industri seperti fly ash, copper slag, abu sekam, atau abu ampas tebu, yang tidak memiliki nilai ekonomis, berlimpah. Misalnya fly ash atau abu sisa pembakaran batu bara pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Profesor Triwulan, guru besar ilmu mekanika bahan ITS sekaligus pelopor pemanfaatan limbah industri dalam campuran bahan bangunan, mencatat setiap tahun dua PLTU-yaitu di Suralaya, Banten; dan Paiton, Probolinggo -mampu menghasilkan 2 juta ton fly ash dan 30 ribu slag tembaga. Jika dimanfaatkan, kata Triwulan, "Itu akan membantu meningkatkan kebersihan lingkungan."

Penelitian Triwulan menyebutkan fly ash bisa digunakan untuk memperkuat tekan beton dengan proporsi campuran kurang-lebih 10 persen dari berat semen. Adapun untuk meningkatkan durabilitas, dipakai proporsi campuran fly ash 30 persen dari berat semen. Tingkat kehalusan fly ash akan berpengaruh terhadap kualitas beton. Semakin halus fly ash, kian kuat juga beton yang dihasilkan.

Nah, inilah yang dilakukan 15 mahasiswa ITS, termasuk Wahyu. Satu tim terdiri atas tiga mahasiswa. Sejak awal Mei lalu, mereka bergelut dengan bahan sisa industri. Dari satu penelitian ke penelitian berikutnya, setiap mahasiswa menentukan takaran yang tepat mencampurkan fly ash ke dalam adonan. Tavio berpendapat, tim pertama (Wahyu Candra Prasetya, Rifdia Arisandi, dan Rachmat Putra) serta tim kedua (Erlina, Aditya Irwanto, dan Fani Bagus) menghasilkan kekuatan beton yang mantap. "Kekuatan mencapai 80 MPa (megapaskal/satuan tekan beton)," kata Tavio.

Beton ciptaan Wahyu adalah campuran limbah baja (slag) dan limbah batu bara (fly ash) yang didatangkan dari PLTU Paiton. Limbah baja digunakan untuk mengganti campuran kerikil pada beton, sedangkan fly ash untuk mengurangi ketergantungan pada semen. Campuran limbah baja dan limbah batu bara ini sengaja digunakan untuk meminimalkan ketergantungan beton pada sumber daya yang tidak bisa diperbarui semisal bahan pembuat semen. "Komposisi ini sengaja dipilih untuk membuat beton dengan kuat tekan 80 MPa," kata Wahyu.

Tim kedua yang dipimpin Erlina membuat beton dengan komposisi 30 persen limbah tembaga dan 70 persen pasir yang dicampur dengan 15 persen fly ash dan 85 persen semen. Untuk elemen batu, tim ini tetap menggunakan batu kerikil. "Limbah tembaga pasir ini lebih lembut dan mampu mengisi rongga-rongga yang tidak dapat dimasuki pasir," kata mahasiswa angkatan 2007 ini.

Arsitek Achmad Noerzaman berpendapat, penggunaan fly ash sebagai campuran semen dinilai lebih hemat. "Bisa memangkas penggunaan semen 20-25 persen," katanya. Fly ash memiliki partikel yang halus sehingga beton bisa lebih padat dan kuat. "Lebih green," katanya. Tavio menambahkan, beton dengan kualitas tinggi hanya bisa terwujud jika proses hidrasinya ditata dengan baik. "Caranya melakukan penyemprotan air secara berkala pada beton," katanya.

Berita Terkait

ITS Media Center > Lainnya > Beton Abu yang Lebih Hijau