ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
10 Agustus 2010, 09:08

Kurang Dipromosikan, Karya Besar ITS Tertahan di Kampus

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

“Banyak karya ITS yang sudah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) tetapi belum banyak yang bisa diproduksi massal,” ungkap Nyoman Pujawan, Ketua Pusat Bisnis dan Teknologi dan Industri Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) di ruang rektorat ITS, Kamis (5/8).

Lebih lanjut Nyoman mengatakan, salah satu penyebab belum diproduksi massalnya hasil karya dari ITS dikarenakan sebagian besar peneliti ITS tidak memiliki kemampuan memasarkan. Sehingga banyak karya dan hasil penelitian dari ITS yang hanya “tinggal” di kampus.

“Kami tidak punya unit usaha, tenaga pemasaran juga tidak ada. Belum lagi untuk produksi massal membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” katanya.

Setidaknya ada sembilan karya dari ITS yang ditawarkan pada pelaku bisnis seperti kapal trimaran, filter air, sepeda fleksibel, dan diagnosis penyakit.

 ITS juga terus berupaya menjembatani para pelaku industri agar mau melirik karya dari ITS untuk bisa diproduksi massal. “Kami ini yang punya alat, dan nantinya industri yang memproduksi,” katanya.

Ketua Unit HAKI LPPM ITS Didik Prasetyoko mengungkap, saat ini sudah ada tujuh karya yang tersertifikasi. Salah satunya Kapal Trimaran Bersirip. Sirip sendiri dipasang pada bagian depan dan haluan kapal untuk membuat gaya angkat pada bagian depan kapal. Dengan terangkatnya kapal maka tahanan akan semakin kecil dan membuat kecepatan dan jarak tempuh semakin jauh dan efisien.

Meski belum banyak hasil temuan yang diaplikasikan ke masyarakat, ini tidak menyurutkan dua mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS. Mereka menciptakan becak listrik dengan tenaga surya dan motor penggerak.

“Kalau listriknya full, dapat digunakan untuk menempuh 15 kilometer dengan kecepatan hingga 20 kilometer per jam,” kata Muhammad Effendy, salah seorang perancang.

Mahasiswa semester 6 ini menjelaskan, tenaga surya yang digunakan untuk menggerakkan becak berasal dari solar cell ukuran 50 WP. Solar cell tersebut menghsilkan daya listrik 2 amphere atau setara dengan 19 volt.

“Jika energi matahari sedang berkurang sewaktu musim hujan, maka daya listriknya dapat dihasilkan dengan menggerakkan generator (motor penggerak) secara manual melalui pedal yang ada selama tiga jam," kata Nasir Fanani, rekan Muhammad Effendy.

Tetapi jika tidak diisi dengan cara manual, bisa dilakukan dengan memberikan aliran listrik. Aplikasi untuk becak listrik ini memakan biaya sekitar 5 juta rupiah. Tetapi jika dilengkapi dengan dua solar cell dan dua buah aki total biayanya mencapai 8 juta rupiah.

“Harganya belum bisa ditekan karena bahan baku untuk membuat solarcell memang masih mahal,” katanya. m1

Berita Terkait