ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
29 September 2010, 08:09

Guru Besar ITS Soroti Suramadu, Lumpur, Pencemaran

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Kelima guru besar baru itu menambah jumlah guru besar di ITS menjadi 96 guru besar," kata staf Humas Rektorat ITS Surabaya, Tjatwari Atisoendari, di Surabaya, Senin.

Mereka dikukuhkan pada 4 Oktober dan 12 Oktober yakni dua guru besar dikukuhkan pada 4 Oktober dan tiga guru besar dikukuhkan pada 12 Oktober.

Dua guru besar yang dikukuhkan pada 4 Oktober adalah Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc (Teknik Sistem Perkapalan FTK) dan Prof Dr Ir Joko Lianto Buliali MSc (Jurusan Teknik Informatika FTIf).

Tiga guru besar yang dikukuhkan pada 12 Oktober adalah Prof Daniel M Rosyid PhD (FTK), Prof Dr.techn M Isa Irawan MT (Matematika/MIPA), dan Prof Ir Muktasor M.Eng PhD (Teknik Kelautan FTK).

"Prof Ketut merupakan guru besar ke-92 di ITS, Prof Joko guru besar ke-93, Prof Daniel guru besar ke-94, Prof Isa guru besar ke-95, dan Prof Mukhtasor guru besar ke-96," katanya.

Dalam konferensi pers menjelang pengukuhan, Prof Ir Muktasor M.Eng PhD menyoroti tentang pencemaran laut, di antaranya lumpur Lapindo di kawasan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

"Banyak orang yang tidak tahu bahwa pencemaran itu dapat dikelola, tapi banyak juga yang menilai pengelolaan pencemaran itu buang-buang uang, padahal kalau dihitung secara komprehensif akan lebih ekonomis," katanya.

Sementara itu, Prof Daniel M Rosyid menyoroti tentang pembangunan Jembatan Suramadu yang lebih mementingkan paradigma pulau besar dan bukan paradigma kepulauan.

"Orang Indonesia seharusnya memiliki paradigma kepulauan, karena sebagian besar wilayahnya terdiri atas pulau-pulau. Jembatan Suramadu itu membuktikan pemikiran dengan paradigma pulau besar, bukan kepulauan," katanya.

Lain halnya dengan Prof Isa Irawan MT (Matematika/MIPA). Pidato pengukuhannya tentang ilmu "Biologically Inspired Computing."

"Ilmu itu menggunakan algoritma untuk mengetahui optimalisasi koloni semut dalam mencari jalan, optimalisasi burung atau ikan bergerak secara rombongan tanpa pemimpin tapi dapat mencapai tujuan," katanya.

Prof Ketut Buda Artana menyoroti catatan tentang data-data operasi kapal untuk menelusuri kegagalan yang pernah terjadi, sehingga dapat diprediksi agar kegagalan tidak terulang.

Sementara itu, Prof Joko Lianto Buliali menyoroti simulasi komputer untuk pengambilan keputusan, seperti potensi antre dan optimalisasi antrean yang memuaskan konsumen tapi tidak merugikan manajer.

Berita Terkait