ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
31 Oktober 2011, 09:10

50 Santri Kini Jago Desain Aksesoris dan Ngelas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Selama tiga hari dan berakhir Minggu (30/10/2011) hari ini, puluhan santri di dua kota tersebut diberi pelatihan khusus kriya logam. Mereka tampak sibuk dan fokus ngecor, ngelas, dan mendesain karya logam. Mulai dari aksesoris sampai barang-barang rumah tangga dari logam.

Logam lebih dulu dicor disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya untuk bahan aksesoris atau membuat pisau atau celurit. Semua ketrampilan ini diberikan gratis. Begitu juga bagaimana teknis mengelas juga diajarkan oleh dosen dan mahasiswa ITS. Seperti kuliah praktis.

Mereka diberi materi dan langsung praktik di Lab Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri ITS. Mereka semua berasal dari 17 pesantren. Setiap pesantren di Surabaya dan Bangkalan dipilih setidaknya dua santri potensial.

"Para santri rata-rata memiliki potensi luar biasa untuk berkarya. Apalagi setelah lulus dari pondok pesantren, mereka sangat memerlukan bekal ketrampilan. Setidaknya bisa menunjang ekonomi mereka,"kata Fachrizal Hadi, koordinator acara pelatihan dan work shop khusus santri saat ditemui di ITS.

Kegiatan membekali santri dengan skill praktis itu digagas oleh Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BP-BPWS) dan ITS. Mereka melihat kehadiran jembatan Suramadu harus diikuti kemajuan dan skill masyarakat sekitar.

Rata-rata santri yang dilibatkan dalam kuliah singkat dan praktis itu adalah santri sekitar jembatan Suramadu. "Tidak hanya terhenti di pelatihan, kita akan antarkan santri hingga siap mandiri berkarya di tengah-tengah masyarakat. Taknik mengemas juga dibekali," tambah Hadi.

Untuk mengambangkan home industei logam, para santri memiliki potensi. Ahmad Jauhar, santri Pondok Pesantren Syaichona Kholil, Desa Macajah, Kecamatan Tanjungbumi, Bangkalan, mengaku senang dengan bekal kriya logam tersebut.

"Saya mau membuat sovenir dan aksesoris logam khusus Madura. Juga memmbuat celurit sungguhan karena alat ini bagian dari budaya Madura yang setiap orang harus puunya. Bukan untuk carok tapi untuk mencsri rumput. Saya juga dibekali manajemen pemasarannya," kata Jauhar.

Berita Terkait