ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
01 April 2012, 12:04

Bisa Ubah Sagu Jadi Beras, Dapat Hadiah Avanza

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Please dipikirkan ini, akan banyak yang tertolong," ujar Dahlan saat jadi pembicara pada Kuliah Bung Karno kemarin. Dia mengungkapkan, di Papua ada satu hektare hutan sagu yang harus diolah dengan baik. Ke depan,  pihaknya akan membuat pabrik di Sorong untuk pengolahan sagu itu. Bila pabrik itu beroperasi, maka bisa didistrubusikan ke Indonesia bagian barat.

Mantan Direktur Utama PLN itu meyakini, tantangan itu bukan hal yang sulit bagi warga ITS. Sebab, sebelumnya dia telah melihat sendiri penggilingan padi yang dibuat alumus jurusan Teknik Sipil ITS di Gresik. Dia menilai alat tersebut cocok dengan kultur petani Indonesia. Lantaran selain bisa menuai padi, juga bisa memotong sisa batang padi untuk pakan ternak. "Kalau alat dari luar negeri tak cocok," katanya.

Selain itu, ada pula kapal three in one yang bisa mengangkut orang, barang, dan ternak. Selama ini, kapal yang berangkat ke Indonesia timur pasti penuh dengan barang-barang. Tapi, bila kembali sering kosong mlompong. Nah, penambahan ruang khusus ternak itu bisa digunakan untuk mendistribusikan sapi dari NTT, misalnya. "Dalam setahun kita masih impor 350 ribu ekor sapi," ujarnya.

Sebelum memberikan kuliah pembuka, Dahlan melihat pameran karya mahasiswa dan dosen ITS. Dia mengujungi satu persatu stan dan berbincang dengan mereka. Bukan itu saja, Dahlan tak sungkan-sungkan meminta nomor telepon dan kartu nama. Penjaga stan yang antusias dengan kunjungan itu memberikan beberapa contoh barang yang dipajang.

Salah satu yang menjadi perhatian Dahlan saat itu adalah kran air wudu yang menggunakan sensor proximity atau benda. Berbeda dengan kran biasa yang terus mengucur. Kran hanya terbuka bila tangan berada di bawahnya. Karya buatan Yoga Uta Nugraha, Ayuning Fitri Desanti, dan Riscy Madina itu bisa menghemat air sampai 100 ml dibandingkan dengan wudu dengan air kran biasa.

"Ide kami ini berasal dari pengeluaran air yang besar di ITS. Di website eco campus bahkan tertulis sampai Rp 3,6 miliar," terang Yoga, mahasiswa jurusan D3 Teknik Elektro ITS. Dia menuturkan kran hemat air itu diikutkan dalam program kreatifitas mahasiswa dalam bidang karsa cipta.

Sementara itu, Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono berharap ada keberpihakan dalam penerapan teknologi. Dia meyakini kemampuan peneliti dan insinyur di Indonesia tak kalah dengan peneliti dari luar negeri. Tapi, pekerja hanya merawat dan menjalankan mesin impor saja. "Sungguh kita perlu kebijakan keberpihakan yang membela produk-produk dalam negeri," ujarnya.

Selain Dahlan Iskan, kuliah umum yang mengambil tema Membangun Kemandirian Teknologi Energi ini juga menghadirkan pembicara mantan menristek Kusmayanto Kadiman dan technopreneur muda Mugiraharjo. Usai memberikan kuliah pembuka, Dahlan sempat mengendarai mobil listrik Naga Geni karya mahasiswa D3 Teknik Mesin ITS. Bersama seorang mahasiswa dia berkeliling gedung pusat Robotika. (jun)

Berita Terkait