Dalam konversi ini, Yayasan Teknologi Energi dan Inovasi Indonesia (Tenov) serta dewan pakar Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) merekomendasikan pemerintah agar menggunakan Compressed Natural Gas (CNG) ketimbang Liquefied Gas for Vehicle (LGV) untuk kebutuhan transportasi.
CNG merupakan gas alam yang dikompresi dalam tekanan tinggi. Saat ini, CNG banyak digunakan pada taksi-taksi dan bus TransJakarta. Sementara itu, LGV merupakan gas yang dicairkan, mirip elpiji. Gas ini banyak digunakan pada kendaraan pribadi. Di sejumlah SPBU Pertamina, gas ini sudah tersedia dengan merek ViGas.
Direktur Eksekutif Tenov, Ferry Dzulkifli, menjelaskan, CNG yang berasal dari gas bumi mempunyai ketersediaan lebih banyak ketimbang LGV yang berasal dari pengolahan minyak bumi. Biaya bahan baku dan proses pengolahan LGV juga lebih mahal dari CNG.
Harga eceran konsumen CNG Rp4.100 per liter setara premium (LSP), lebih menarik dari LGV yang harganya Rp8.590 per LSP. "Jika ingin melepaskan ketergantungan dari minyak bumi, CNG lebih berpeluang dan mempunyai keunggulan daripada LGV," kata Ferry dalam forum diskusi Mempercepat Implementasi Pemanfaatan BBG untuk Transportasi di Jakarta, Rabu 4 April 2012.
Dia menjelaskan, dari sisi keamanan, perlu ada edukasi tentang kedua jenis gas ini. Meski sama-sama berbentuk gas, LGV berbentuk cair, sedangkan CNG dalam bentuk gas terkompresi. Supaya aman, LGV tidak boleh bocor, sedangkan agar CNG aman, diatur agar bisa bocor dengan menggunakan safety valve.
Karena itu, saat ini, ada pemahaman yang keliru dari pengguna CNG. Pada waktu ada gas yang keluar sebagai pengaman dari tabung CNG, justru dilihat sebagai kebocoran dan harus ditutup dengan jalan apa pun, termasuk pengelasan. "Hal inilah yang harus disosialisasikan dan diedukasikan kepada pengguna," katanya.
Adapun untuk alokasi gas, keduanya merekomendasikan agar ketersediaan pasokan gas untuk kendaraan bermotor harus didukung dengan regulasi yang jelas tentang prioritas alokasi penggunaan gas.
Sementara itu, untuk distribusi, seperti kota-kota yang tidak dilalui pipa, seperti Bandung, pengangkutan CNG melalui truk atau kereta api sangat ditentukan oleh berat tabung CNG. Bahan tabung dari komposit yang lebih ringan akan mengurangi biaya.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo, setuju dengan usulan penggunaan CNG untuk transportasi. Karena, gas alam di Indonesia melimpah ruah dibandingkan bahan dasar LGV yang masih menggunakan minyak bumi. "Kalau CNG, Indonesia tidak perlu impor lagi," katanya. (art)
Kampus ITS , ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melahirkan sederet inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kampus ITS, ITS News — Para peternak di Kabupaten Madiun mengalami kesulitan dalam mencari pakan ternak pada saat musim
Surabaya, ITS News — Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar International Seminar on Ocean and Coastal
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung perkembangan inovasi arsitektur di Indonesia, Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)