ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
20 Juni 2012, 12:06

Sistem Logistik Tidak Tertata, Produk Lokal Lebih Mahal

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Pemerintah cuma bangun pusat grosir saja. Tapi tidak membangun sistemnya. Puspa Agro hanya membangun tempatnya saja tetapi sistem perdagangannya bagaimana?," tanya pakar statistik ITS, Kresnayana Yahya dalam Diskusi mengkritisi wajah transportasi dan distribusi logistik di Jatim serta implikasinya dengan perekonomian dan mobilitas sosial di ITS, Selasa (19/06).

Dari sumber inflasi, tercatat 36% berasal dari sumber makanan pokok sedangkan 15% lainnya berasal dari produk makanan berprotein. Dan 10% sisanya dari bahan makanan penunjang seperti minyak goreng. Hampir keseluruhan komponen terbesr dari produk-produk tersebut adalah untuk biaya logistik.

Karena komponen biaya logistiknya lebih tinggi, akibatnya produk-produk tersebut lebih tinggi dibandingkan produk impor. Kresnayana mencontohkan wortel Batu yang bisa lebih mahal dibandingkan wortel China. "Biaya logistik dari Batu bisa sampai 40 persen sedangkan dari China sampai ke Surabaya hanya 7 persen," ujarnya.

Lebih rendahnya biaya logistik untuk produk impor ini disebabkan produk impor karena mereka bisa memperdagangkan dalam jumlah besar. Ia mencontohkan di Cikarang sudah ada perdagangan dalam jumlah besar dan terbukti bisa menghemat biaya logistik hingga 14%. "Dengan volume yang besar, akibatnya biayanya lebih efisien. Apalagi jika pengemasannya bisa dilakukan sekaligus disitu," tambahnya.

Ditanya mengenai subsidi transportasi yang diberikan pemerintah, Ia mengatakan masalah logistik tidak bisa diselesaikan hanya dengan subsidi transportasi, membangun gedung, perlebar jalan saja tetapi juga sistem informasi.

Oleh:Anggraenny P-editor:YL.antama.putra

Berita Terkait