ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
25 Juli 2012, 14:07

Tiga Mahasiswa ITS Ciptakan Kalender Peramal Cuaca

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Alat ini memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dari metode pendahulunya yakni ARIMA (Autoregresive Integrated Moving Average," kata salah satu mahasiswa, Ari Miftahul Huda kepada detiksurabaya.com di kampus statistika ITS, Minggu (22/7/2012).

Ari menjelaskan penggunaan kalender ini berbeda dengan penggunaan kalender yang selama ini digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG selama ini menggunakan data bulanan sementara kalender ini menggunakan sistem seasonal yang memerlukan waktu 10 hari untuk membuat ramalan cuaca.

Secara hitung-hitungan, kata Ari, bisa dikatakan kalender yang diciptakannya bersama Achmad Choiruddin dan Osaliana Budiarto ini memiliki jumlah data yang lebih banyak. Bila sistem ARIMA hanya memakai 12 data saja dalam setahun, maka data yang diperoleh pad asistem SARIMA dapat mencapai 36 buah dengan asumsi dalam satu bulan terdapat 30 hari dan dalam satu tahun terdapat 12 bulan.

"Kita mencoba membuat permulaan ramalan dengan memprediksi curah hujan yang terjadi pada tahun 2011 dengan menggunakan data statistik curah hujan yang berlangsung selama kurun waktu 1990-2010," terang mahasiswi yang sedang menjalani sidang skripsi ini.

Hasilnya adalah terdapat perbedaan data yang begitu tipis dengan fakta yang dialami. Hal ini terjadi karena data asli dari kejadian pada tahun 2011 silam sudah dimiliki. Atas dasar itulah 3 mahasiswa ini mencoba membuat peramalan di tahun 2012.

"Kami memiliki data saat itu sampai Februari 2012, ternyata ketika menjalani ramalan itu sampai bulan Juni ini, para petani Desa Pungging, Mojokerto tempat kami melakukan uji coba menyebutkan terdapat kesamaan yang terjadi antara fakta dan ramalan," pungkas Ari.

Dengan hasil yang cukup memuaskan ini mereka mengharap agar ke depan metode ini dapat digunakan oleh Dinas Pertanian setempat. Harapan Ari beralasan karena temuan ini mampu meraih The Best Presentator dalam ajang National Youth Scientist Conference di Institut Pertanian Bogor (IPB) 26 Mei 2012 silam.

"Semoga metode ini bisa diterapkan segera oleh pemerintah setempat karena mereka yakin metode ini dapat dijadikan solusi dalam memperkirakan curah hujan secara lebih akurat," tandas Ari. (bdh/bdh) 

Berita Terkait