ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
05 Agustus 2012, 14:08

ITS Education Care Center for Indonesia Kirimkan 45 Mahasiswa ke Pelosok Desa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kegiatan yang bertajuk program Education Care Center (IECC) for Indonesia ini merupakan bentuk dedikasi dalam memajukan pendidikan di Indoonesia Khusus nya di Desa tertinggal.

Pemberangkatan tim pengajar yang merupakan gagasan dari BEM ITS ini dilakukan pada beberapa kloter hingga Minggu (5/8).Saat ini, tim BEM ITS telah melakukan pemberangkatan tim pengajar sebanyak tiga kloter sejak akhir Juli (31/7) hingga Kamis (2/8). Namun, rencananya pemberangkatan akan berakhir pada Minggu (5/8) mendatang.

Rombongan tersebut akan ditempatkan selama enam hari untuk mengajar siswa sekolah dasar (SD) di dua sekolah yang terletak tidak jauh dari Balai Desa Gunung Sari, Mojokerto.Dusun Dawar Blandong tempat tim IECC mengajar, terletak di wilayah yang berbukit-bukit serta dikelilingi hutan jati. Untuk mencapai tempat tersebut, tim IECC harus berkendara selama kurang lebih dua jam dari arah Surabaya.

”Bahkan dusun tersebut jauh dari akses fasilitas publik seperti pasar,” tandas Eko Nur, staf IECC BEM ITS.

Meski jaraknya termasuk dekat dengan Ibu kota Jawa Timur, kondisi masyarakat di dusun tersebut sangat berbeda dengan keadaan masyarakat kota pada umumnya. Mayoritas penduduk Dusun Dawar Blandong bekerja sebagai petani kecil dengan pendidikan minim.

”Kebanyakan hanya lulusan SD, sementara sangat sedikit sekali yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,” kata mahasiswa jurusan Teknik Fisika ITS ini.

Menurut keterangan Eko, tenaga pengajar yang dikirim tersebut tidak hanya akan menjadi pengajar saja.

”Akan ada beberapa orang yang ditempatkan tinggal bersama keluarga di rumah-rumah penduduk untuk menjalani kehidupan keseharian seperti mereka,” terang Eko.

Selain itu, tim IECC juga akan melakasanakan program bedah perpustakaan. Program tersebut bertujuan untuk memperbaiki fasilitas buku-buku yang ada di perpustakaan di salah satu SD.

”Sebenarnya mereka hampir tidak memiliki perpustakaan, yang ada hanya sudut kecil di ujung ruang kelas yang bersekat,” kata Eko.

Program ini diharapkan menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan kepedualian terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

”Masih banyak daerah sudut kota sekitar Surabaya yang butuh program-program mengajar seperti ini,” pungkasnya. (Benny Hermawan/rio)

Berita Terkait