ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
16 Juli 2013, 09:07

Gagal di SEM Asia, Tim Sapuangin Raih Tribology Award

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Berdalih ada kabut asap, panitia SEM Asia 2013 membatalkan lomba yang rencananya digelar di sirkuit Sepang, Malaysia.

Akibat pembatalan tersebut, kerugian puluhan juta rupiah diderita tim yang dimanajeri Arif Aulia Rahman.

"Kami sudah pesan tiket senilai Rp 27 juta untuk 10 orang. Kami juga sudah mengirimkan mobil ke Malaysia dengan ongkos kirim Rp 18 juta dari  Indonesia dan Rp 15 juta dari sisi Malaysia. Dengan pembatalan itu, ya otomatis tidak bisa kembali. Beruntung kami belum memberi DP ke hotel, cuma booking saja," sesal Arif saat ditemui di kampusnya, Selasa (16/7/2013).

Selain kerugian tersebut, pembatalan itu juga membuyarkan semangat mahasiswa Teknik Mesin untuk memecahkan rekor tahun 2010 kandas.

Tahun 2010 tim Sapuangin berhasil mencatatkan rekor dengan kecepatan 236 km/jam. "Tahun ini kami target bisa di atas 300 km/jam. Syukur-syukur kalau bisa memecahkan rekor dunia yang dicatatkan di Eropa sekitar 300 km/jam," kata Witantyo, dosen pembimbing Sapuangin.

Untuk mencapai target itu, timnya telah membuat strategi-strategi jitu yang disesuaikan dengan kondisi lintasan di sirkuit Sepang. Sayang, strategi itu gagal diterapkan di Sepang akibat pembatalan mendadak tersebut.

Kekecewaan tim Sapuangin ini sedikit terobati dengan dimenangkannya salah satu kategori off track award yakni Trobology Award di SEM Asia 2013.

Kategori ini menuntut peserta agar membuat artikel yang berisi aplikasi tribology (gesekan) pada mobil.

"Kita bisa menang karena kita jelaskan secara utuh penerapan tribology di mobil Sapuangin (SA). Kami melengkapinya dengan foto-foto komponen, jadi aplikasi teori ini langsung bisa dilihat," kata Hulfi Mirza Hulam Ahmad, Manajer Sapuangin 8.

Tim Sapuangin menjadi satu-satunya tim dari Indonesia yang mendapatkan award dari lima kategori off track yang sudah diumumkan.

Tim SA juga masih berpeluang memenangkan satu kategori lagi yakni Student energy challenge yang hingga kini belum diumumkan.

"Semoga saja bisa menang. Kami tidak bisa melihat kekuatan lawan karena ini sifatnya off track," kata Witantyo.

Dengan dimenangkannya Tribology Award tim ITS berhak mendapat hadiah USD 3.300. Dan itu artinya memperkecil kerugian material yang ditanggungnya.

"Terakhir panitia juga berjanji akan mengembalikan biaya pengiriman mobil. Kalau iya, berarti kerugian kami bisa berkurang," kata Aulia. Meski telah dikecewakan panitia, tidak membuat tim SA kapok mengikuti even serupa.

Mereka akan tetap ambil bagian di kompetisi SEM Asia 2014 Februari  2014 mendatang. Mereka kini juga mempersipakn kompetisi lain yang tak kalah bergengsi yakni Student formula Japan (SFJ) 2013 yang akan digelar 3-7 September 2013 di Shizuoka, Jepang.

Lomba yang doadakan Society of Automotive engineers ini memiliki konsep berbeda dengan SEM.

SFJ mengharuskan peserta merancang, membuat dan memasarkan mobil jenis formula yang memiliki efisiensi tinggi. Ini adalah kali pertama tim SA ambil bagian di ajang ini. Untuk bisa mengikuti pun tak mudah. Mereka harus mendaftar online untuk mendapat konfirmasi dari panitia.

Dan konfirmasi ini pun belum menjamin mereka bisa tampil karena harus ada penelitian dokumen. "Di sini harus benar-benar teliti. Harus ada list harga. Dan kami juga dituntut untuk bisa menjual mobil ini. Kami sudah mendapat surat resmi dan sertifikat untuk mengikuti lomba ini," katanya.

Untuk lomba ini, mereka menamakan mobilnya dengan Sapuangin Speed. Saat ini dalam tahap finishing. Biaya pembuatannya pun cukup mahal sekitar Rp 70 juta.
"Itu pun masih kurang, tapi akan kami usahakan terus," kata Aulia.

Untuk lomba ini, selain persiapan mobil yang dibuat secepat dan seaman mungkin juga persiapan driver (pembalapnya) karena itu sangat menentukan keberhasilan lomba.

"Kami sudah memiliki driver. Dia mahasiswa sini dan kerap juara slalom mobil," tegas Aulia.

Dia berharap di ajang pertama ini tim SA bisa mengukit prestasi sebaik SEM Asia. "Kami akan berkuang semaksimal mungkin untuk membanggakan ITS dan Indonesia," pungkas Aulia.

Penulis: M Taufik
Editor: Parmin

Berita Terkait