ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
09 Desember 2013, 15:12

Peringatan Gempa Lewat SMS dari ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Merasa terpanggil, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Robiy ‘Ul ‘Ars Al-Maliki menciptakan software pendeteksi gempa. Software ini tidak hanya mampu mendeteksi gempa lebih awal, tetapi juga langsung memberikan peringatan cepat kepada masyarakat melalui pesan singkat atau SMS.

Dalam sesi uji coba alat, belum lama ini, Robiy mengungkap, alat tersebut dapat digunakan di bangunan berstruktur beton. Karya Tugas Akhir yang berjudul "Aplikasi Sistem Peringatan Dini pada Komponen Struktur Beton" ini dapat digunakan pada bangunan gedung maupun jembatan. ”Alat ini menggunakan sensor straingauge untuk mendeteksi keretakan beton,” kata Robiy, seperti dikutip dari ITS Online, Senin (9/12/2013).

Sensor straingauge, lanjutnya, merupakan sensor yang digunakan untuk membaca berapa besar perpindahan yang terjadi pada material bangunan. Data yang diterima oleh sensor tersebut akan direkam menggunakan Data Logger, yakni sebuah alat penghitung kondisi bangunan yang dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya beban pada permasalahan kali ini.

Data yang terekam akan otomatis terekam pada software yang dibuatnya itu. Software tersebut yang nantinya akan menentukan antisipasi apa yang harus dilakukan oleh pihak yang berkaitan dengan permasalahan tersebut juga masyarakat sekitarnya.

”Misalkan saja di suatu apartemen ada indikasi terjadinya gempa berbahaya, maka akan disampaikan kepada para penghuni apartemen melalui SMS untuk menyelamatkan diri,” urainya.

Masyarakat yang berada di wilayah terjadinya gempa tersebut sebelumnya harus melakukan registrasi untuk mempermudah pengiriman SMS yang dilakukan oleh software.

”Kalau tempat-tempat umum seperti itu pasti sudah ada pendataan sehingga tidak sulit untuk memprogram nomor handphone siapa saja yang akan dikirimi pesan peringatan,” papar Robiy.

Sedangkan untuk jembatan, pesan peringatan langsung dikirim ke pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan dengan cepat. Hal tersebut sebagai upaya untuk meminimalkan korban pada gempa yang terjadi.

”Kemungkinan kami juga akan bekerja sama dengan perusahaan provider untuk menyampaikan pesan peringatan ini,” ujarnya.

Dia menambahkan, alat yang digunakan untuk gedung dan jembatan berbeda. Gedung menggunakan akselerator yang harus diletakkan di bagian atas atau atap bangunan, sedangkan jembatan menggunakan Lateral Vertical Displacement Tranducer (LVDT) yang dipasang di besi maupun beton tepat di tengah bentang jembatan.

Posisi pemasangan sensor tersebut memperhitungkan momen ultimate atau besar perpindahan terbesar yang terjadi pada benda.

”Kalau gedung akan dipasang di atap karena lebih mudah goyah. Sedangkan kalau jembatan titik beratnya ada di tengah, lendutan terbesarnya ada di bagian tengah,” jelas mahasiswa angkatan 2010 tersebut.

Menurut Robiy, pembuatan perangkat lunak peringatan gempa itu datang dari kedua dosennya, yakni Amien Widodo dan Data Iranata yang kemudian dieksekusi melalui tugas akhir. Karena merupakan hasil karya baru, alat dan software tersebut belum memiliki nama. ”Sampai saat ini masih belum ada nama untuk software ini,” tutur Robiy.

Menurut Data, alat ini direncanakan akan dipatenkan. Namun, sekarang masih akan terus dilakukan uji coba dan penyempurnaan. ”Kalau dalam percobaan kecil seperti ini kan masih menggunakan kabel dalam menghubungkan alat ke software pengirim pesannya, nantinya kami mencoba agar alat ini tidak lagi menggunakan kabel,” ungkap Data. (rfa)

Berita Terkait