ITS News

Jumat, 27 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Spiritualisme Sebagai Solusi Perang Modern

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menghadapi isu global dan nasional yang makin meluas, maka UKM Penalaran ITS bekerjasama dengan Sekretariat Bersama Konsolidasi Demokrasi Indonesia, Jatim mengadakan seminar dan lokakarya "Bangsa Indonesia Terjebak Perang Modern" di Graha ITS. Acara ini digelar pada Sabtu (6/11) kemarin dan dihadiri sebanyak 209 undangan. Tidak hanya mahasiswa, seminar ini juga diperuntukkan bagi perwakilan dari Ormas, Omek, LSM, organisasi kemahasiswaan, partai politik dan UKM se-Surabaya.

Mayjen TNI Syarifudin Tippe, SIP MSi, salah satu pembicaranya, didatangkan khusus dari Bandung. Menurut jenderal berbintang dua ini suatu bangsa bisa terjebak dalam perang modern karena tiga hal. "Makna terjebak ada tiga alasan, diantaranya dia tidak tahu, tahu tapi tidak sadar, serta tahu dan sadar tapi pengkhianat," ungkap Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AD ini mengawali.

Selain di ITS, Mabes TNI telah berkali-kali mengadakan sosialisasi bahaya perang modern. Dikatakan Syarifudin, "Kami sudah mensosialialisasikan program ini 33 kali, termasuk di Aceh kemarin." Setelah ITS, Komandan ini berencana ke UGM pada Desember mendatang.

Syarifudin memaparkan latar belakang terjadinya perang modern yang dimulai dari sejarah perang. Selama 3500 tahun, perbandingan antara damai dan perang berkisar 1:13. "Ini artinya Potensi jahat lebih banyak digunakan," lanjutnya kemudian. Sasaran perang ini adalah paradigma atau pola pemikiran manusia, bukan pada fisiknya. Otak manusia telah dicuci secara halus.

Masih menurut Syafifudin, karena menyerang pemikiran itulah, maka solusi mengatasinya harus lewat pemikiran juga. "Solusinya dengan mempertajam platform spiritualisme, dan ingat spiritualisme bukan agama, tapi spiritualisme datang sebelum agama," komentar pria yang mengenakan baju dinasnya ini.

Yang menarik , Syarifudin ini memutar bagian akhir film The Last Samurai dengan mencoba mengungkapkan nasionalisme yang sebenarnya. "Anda bisa melihat arti nasionalisme yang sesungguhnya," katanya. IQ saja tanpa EQ dan SQ akan membuat orang buta hati. "Jika IQ plus EQ bagus menjadikan diktator atau koruptor," ungkapnya dibarengi dengan tepuk tangan undangan. Syarifudin lantas menandaskan bahwa ESQ –lah yang tepat untuk diterapkan. ESQ merupakan bentuk kecerdasan yang seimbang antara emosi dan spiritualitas.

Bagian akhir, Komandan TNI ini menyimpulkan bahwa akar masalah dari semua permasalahan ini adalah krisis multi dimensi yang menyebabkan krisis spiritualisme. Solusi lain yang ditawarkan dengan kebijakan pemerintah yang mendasarkan pada spiritualitas. Acara ini ditutup dengan penyerahan cenderamata serta buka puasa bersama. (m1/tov)

Berita Terkait