ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
06 April 2017, 10:04

Ketika Mahasiswa University of Vienna Belajar tentang Kampung Surabaya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

PADA 20 Maret lalu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kedatangan tamu asing. Mereka berasal dari University of Vienna. Sebanyak 18 mahasiswa dan dua dosen pembimbing ikut dalam rombongan tersebut. Bukan seperti kebanyakan tamu ITS yang membahas perkembangan teknologi dan sains, tamu yang berasal dari Austria itu adalah mahasiswa S-2 jurusan sosial antropologi. Mereka tidak hanya menjalin kerja sama dengan ITS, tetapi juga meneliti sosial budaya kampung-kampung di Surabaya.

Ada delapan kampung yang menjadi objek penelitian. Di antaranya, Jemur Wonosari, kampung lawas Maspati, kampung kue di Rungkut Lor, dan Gundih. ’’Program ini memang termasuk kurikulum kami. Para mahasiswa harus mengalami kerja lapangan,” ujar Dr Gabrielle Weichart, lektor senior dan peneliti Departemen Sosial dan Antropologi Budaya University of Vienna.

Pada 1,5 tahun lalu, Weichart datang ke Indonesia dengan program dari Kedutaan Besar Australia dan ASEA-UNINET (ASEAN European Academic University Network). Dalam program tersebut, bisa dilakukan pertukaran mahasiswa antara universitas di Asia dan Eropa. University of Vienna memutuskan bekerja sama dengan ITS.

Meski bidang yang dipelajari jauh berbeda dengan ITS, kampus di Sukolilo itu bersedia menerima tamu dari Austria. Bahkan, kesempatan tersebut menjadi jalan untuk melakukan penelitian bersama. Para mahasiswa Vienna meneliti sisi sosial budaya, sedangkan mahasiswa ITS meneliti sesuai bidang keahlian masing-masing. Misalnya, mahasiswa arsitektur meneliti model bangunan yang dipengaruhi budaya tertentu.

Selama sepekan, para mahasiswa Vienna menginap di rumah-rumah warga. Menurut Weichart, hal itu dilakukan supaya para mahasiswa memiliki pengalaman langsung terhadap objek yang diteliti. ”Tidak hanya melihat perbedaan antara Asia dan Eropa, tapi juga mencari persamaannya,” terangnya.

Para mahasiswa pada Rabu (5/4) mempresentasikan pengalamannya tinggal di perkampungan Surabaya. Kegiatan bertajuk Anthropology Exploration of Surabaya’s Kampungs itu dipresentasikan dalam bentuk kumpulan foto dan poster di halaman perpustakaan ITS. Para mahasiswa ITS yang berkunjung ke perpustakaan bisa menikmati pameran dan bertanya langsung kepada mahasiswa Vienna.

Sementara itu, Direktur Hubungan Internasional ITS Dr Maria Anityasari menyatakan bahwa kegiatan bersama mahasiswa Vienna tersebut merupakan pengalaman baru bagi ITS. Apalagi, penelitian yang dilakukan jauh berbeda dengan keahlian mereka selama ini. ”Namun, anak-anak tetap bersemangat, kampung yang dikunjungi juga ikut semangat. Mereka minta masukan perbaikan agar lebih baik lagi,” tuturnya.

Pengalaman tinggal di kampung Surabaya memang membawa kesan tersendiri. Bukan hanya bagi mahasiswa, tetapi juga penduduk setempat. Salah satunya di kampung lawas Maspati. Di sana ada tiga mahasiswa yang tinggal selama sepekan. Yakni, Mariya Yakymakha, Clemens Luer, dan Andreas Schwarzbauer.

Saat jamuan makan bersama, warga kampung menyuguhkan nasi jagung dan ikan. Ada juga kue pilus sebagai camilan. Namun, rupanya Mariya salah ambil. Dia tidak mengambil ikan sebagai lauk, melainkan kue pilus. ”Lucunya, Mariya harus makan nasi jagung dengan lauk kue pilus,” ungkap Suyatno, koordinator kampung lawas Maspati.

Pria yang akrab disapa Cak Oon itu juga menceritakan kegiatan Hari Bumi. Waktu itu kampungnya harus mematikan lampu pada pukul 20.30–21.30. Namun, hujan turun cukup deras. Meski demikian, para mahasiswa itu tetap senang dan ikut berkeliling kampung bersama musik patrol. ”Mereka juga pakai baju daur ulang,” jelasnya. (*/c14/oni/sep/JPG)

 

Sumber : http://www.jawapos.com/read/2017/04/06/121538/ketika-mahasiswa-university-of-vienna-belajar-tentang-kampung-surabaya

Berita Terkait