ITS News

Minggu, 01 September 2024
21 Desember 2012, 09:12

Sudah Teknikkah Kampus Kita?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tentu tidak ada standar yang baku mengenai tingkat keteknikkan suatu institut. Kalau ingin menilik KBBI, di sana disebutkan bahwa teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin). Namun pengertian tersebut nampaknya bisa diperluas menjadi penerapan ilmu untuk menyelesaikan masalah manusia, sehingga aplikasi teknik tidak hanya berhenti di bidang industri.

Aplikasi teknik apa yang bisa kita rasakan saat pertama kali masuk kampus yang indah ini? Di saat musim hujan seperti saat ini, tentunya masyarakat akan mengira ITS akan bebas dari banjir. Berbagai jurusan seperti Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, Arsitek dan sebagainya yang disiplin ilmunya berkaitan erat dengan masalah banjir tentunya menjadi jaminan bahwa ITS pasti bebas banjir. Namun kenyataan berkata lain. Saat hujan turun, genangan air tanpa sungkan-sungkan mencari tempat bermukim di berbagai penjuru kampus teknik kita.

”Kalau ITS banjir, itu sudah takdir,” begitu kira-kira ungkapan salah seorang ahli banjir, yang juga dari ITS. Sebenarnya tidak ada yang salah dari ungkapan ahli tersebut. Tentu kita mafhum dengan keadaan geografis kampus kita tercinta ini. Sebelum berbagai bangunan bermunculan di kampus Sukolilo, menurut sejarah, daerah ini merupakan tempat larinya air dari seluruh penjuru Surabaya apabila hujan. Ya, ITS memang berada pada daerah yang cukup rendah dibandingkan dengan daerah disekitarnya.

Justru seharusnya, kondisi tersebut menjadi tantangan bagi ITS. Berbagai macam gagasan dari para pakar tentunya telah dikemukakan untuk mengatasi persoalan banjir. Upaya untuk meminimalisir banjir pun juga sudah terlihat.  Mulai dari penghijauan, pengerukan sungai, sampai pengaturan drainase. Mungkin saat ini teknologi kita masih belum bisa mengatasinya. Namun dengan perkembangan ilmu ke depan, semoga masalah ini bisa cepat terselesaiakan.

Hasil penelitian juga bisa menjadi salah satu variable untuk mengukur tingkat keteknikan kita. Ratusan hasil penelitian telah dihasilkan oleh kampus kita. Namun, berapa banyak hasil penelitian tersebut yang telah teraplikasikan dalam kehidupan nyata?

Sebagian hasil penelitian dosen dan mahasiswa tersebut merupakan teknologi strategis. Teknologi masa depan yang kiranya dapat diwujudkan dengan teknologi yang lebih mumpuni. Tidak ada yang salah dalam pengembangan teknologi strategis tersebut. Banyaknya hasil riset teknologi masa depan tersebut bisa menjadi perwujudan sikap ITS yang visioner. Namun, kebutuhan akan teknologi aplikatif di masyarakat juga perlu dipertimbangkan.

Sudah cukup banyak teknologi aplikatif yang dihasilkan dari hasil riset para mahasiswa dan dosen kampus ini. Namun tidak semuanya dapat diterapkan begitu saja. Banyak tantangan yang perlu dihadapi.

Yang paling sering adalah pendanaan, baik untuk penelitian lebih lanjut ataupun penerapan langsung. Bahkan Sapu Angin dan Chem E-Car yang telah membawa harum nama negeri ini di Internasional pun masih harus menempuh jalan yang panjang untuk dapat diaplikasikan.

Keharmonisan teknologi dan lingkungan nampaknya juga mulai diupayakan dalam teknologi aplkatif di kampus ini. Pembangunan pusat pengelolaan sampah di ITS, gerakan penghijauan yang terstruktur plus pengadaaan jalur sepeda pun mulai dijadikan sebagai kebijakan.

Lulusan kampus ini tak bisa dianggap remeh dalam hal keilmuan, khususnya teknik. Mereka bisa bersaing dalam dunia kerja dan sebagainya. Namun hal yang patut disayangkan adalah keterampilan interpersonal lulusan kita yang dianggap masih kalah dari universitas lainnya. Peningkatan kemampuan ini masih menjadi PR besar bagi kampus ini agar melahirkan lulusan yang bisa bersaing tidak hanya dari segi keilmuan, namun juga personal.

Jadi, apakah kita sudah sangat ‘teknik’? Apapun jawabannya, saat ini tidak terlalu penting. Apabila kampus ini telah mengaplikasikan teknik ke dalam kehidupannya, tentunya hal yang harus dilakukan adalah tidak berpuas diri dan terus mengembangkan tradisi keilmuan. Namun apabila jawabannnya  tidak, tentu keadaan tersebut harus menjadi pelecut semangat kita untuk terus maju dan menghasilkan berbagai karya yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa, negara dan dunia.

Berita Terkait