ITS News

Sabtu, 23 November 2024
06 April 2012, 14:04

Ketika BBM Mengancam Rakyat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Rencana menaikkan harga BBM yang dilakukan pemerintah bukan tanpa alasan. Fluktuasi harga minyak dunia mau tidak mau mempengaruhi harga BBM di Indonesia. Ketika harga minyak dunia naik, sementara harga BBM dalam negeri statis, artinya pemerintah harus menambah beban alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk subsidi BBM.

Dilema ini akan terus berlanjut jika masyarakat terus bergantung pada subsidi BBM. Dengan pasokan minyak bumi global yang terus menurun, Indonesia maupun negara-negara lain akan beralih kepada sumber-sumber alternatif tersebut.

Dalam pencarian alternatif BBM, listrik muncul sebagai solusi. Listrik dalam transportasi berpotensi memiliki efisiensi yang jauh lebih besar, selain juga bersih atau tidak menghasilkan emisi. Sayangnya, sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih berasal dari pembangkit-pembangkit bersumber daya batubara. Tentunya, hal ini harus segera diatasi dengan pencarian sumber daya energi terbarukan.

Pengembangan teknologi bidang energi di ITS meliputi tujuh bidang. Yaitu bio energi, konservasi energi, sel surya, geothermal, biomass, energi terbarukan dan teknologi hybrid. Alokasi dana untuk riset energi di ITS mencapai Rp 400 juta. Pusat Studi Energi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS bekerja sama dengan berbagai jurusan dalam riset serta aplikasinya. 

Pengembangan sel surya, misalnya, menjadi ranah yang dikelola oleh Jurusan Fisika. Secara geografis, Indonesia memiliki potensi tenaga dari cahaya matahari hingga sebesar 1,2 x 109 mega watt. Di laboratorium, riset dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sel surya yang baru 18 persen. Pemanfaatan sel surya untuk alat transportasi maupun untuk kehidupan sehari-hari nampaknya masih butuh proses yang panjang.

Meskipun begitu, pengembangan dalam ranah lain tetap berlangsung. ITS kini mengambil peran penting sebagai koordinator konsorsium nasional dalam pengembangan energi alternatif dan terbarukan. Putra Petir termasuk dalam produk mobil listrik nasional dalam konsorsium tersebut. Jurusan D3 Teknik Mesin tak ketinggalan, dengan mobil listrik Nagageni yang bakal menggunakan baterai sebagai perangkat sumber energinya.

Transportasi laut pun tak luput untuk dikembangkan. Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) tengah melakukan riset perangkat mesin kapal yang, alih-alih mengeksploitasi sumber daya kelautan, justru memanfaatkannya sebagai sumber energi.

Perjalanan Panjang Transformasi Energi
Pengembangan sumber energi terbarukan memang membutuhkan effort yang besar. Koordinasi dan kolaborasi antar bidang ilmu menjadi kunci utama. LPPM ITS selaku koordinator memegang peran penting di dalam prosesnya.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan dalam pengembangan ini adalah produksi massal hasil riset. Aplikasi produk energi terbarukan tidak bisa dibiarkan saja setelah proses riset yang penjang. Kerjasama antara industri dan bisnis ventura yang dilaksanakan oleh LPPM ITS diharapkan mampu mempercepat peluncuran produk-produk ber-energi alternatif kepada masyarakat luas. Semakin cepat hal ini terlaksana, makan akan semakin cepat pula masyarakat lepas dari ketergantungan terhadap BBM.

Terkadang, usaha-usaha pengembangan ini terhambat oleh kultur masyarakat yang masih sulit lepas dari BBM. Menyikapi hal ini, maka proses transformasi sumber daya energi bisa saja dilakukan dalam beberapa tahap. Awalnya bisa berupa efisiensi penggunaan energi. Contohnya adalah penggunaan alat penghemat BBM IQUTech-e yang dikembangkan oleh dosen Teknik Mesin Muhammad Nur Yunianto.

Pengembangan teknologi bidang energi memang menuntut banyak. Baik dari sisi biaya maupun rentang waktu untuk riset serta pengembangan aplikasi. Bahkan bisa jadi butuh beberapa generasi dalam proses penyempurnaannya.

Namun memilih bertahan dengan BBM atau mengembangkan sumber-sumber energi alternatif dengan biaya mahal adalah sebuah pilihan. Bagaimanapun juga, energi yang menjadi nafas kedua manusia akan selamanya menjadi komoditas yang harus dibayar mahal.

Tim Redaksi ITS Online

Berita Terkait