ITS News

Minggu, 01 September 2024
17 November 2017, 12:11

Mengintip Daur Ulang Air Limbah di Singapura

Oleh : gol | | Source : -

Mahasiswa ITS antusias mendengarkan penjelasan saat studi ekskursi NEWater, Singapura.

Singapura, ITS News – Antusisme ketigapuluh peserta ITS Goes Global Batch 2: Singapore tergambar jelas kala menginjak kawasan NEWater Visitor Center, 40 Scotts Road, Selasa (7/10). Perusahaan reklamasi air di bawah Badan Pemerintah Public Utilities Board (PUB) ini mengajarkan keberhasilan Singapura menyuplai 30 persen kebutuhan air bersih nasional dari pengolahan air limbah.

Kebutuhan akan air bersih di Negeri 1001 Larangan ini mencapai 1,9 meter kubik perharinya, sementara Singapura bukanlah kawasan yang memiliki ketersedian air yang melimpah. Fakta tersebut disampaikan oleh Chuan, pemandu NEWater Visitor Center, disela sesi pemutaran video dokumenter bagaimana sejarah Singapura berjuang dalam keterbatasan sumber daya alam.

Mengatasi hal tersebut, pemerintah Singapura kemudian merancang skema Four National Taps atau Empat Keran Nasional. “Untuk menjamin pasokan air yang beragam dan berkesinambungan, Singapura mengandalkan resapan air hujan, impor dari Malaysia, daur ulang NEWater, dan desalinasi atau pemurnian air laut,” terang Chuan kepada mahasiswa ITS yang berasal dari berbagai departemen.

Rencana reklamasi air ini sebenarnya telah tercetus sejak 1974, namun kandas karena keterbatasan keilmuan dan teknologi. Akhirnya pada 1998, digelarlah Studi Reklamasi Air (Singapore NEWater Study) oleh PUB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air (MEWR). Pengembangan pun diintensifkan hingga akhirnya perusahaan NEWater resmi bergerak pada tahun 2003.

NEWater memanfaatkan pemisahan saluran drainase air hujan dan air limbah. Saluran air limbah itu bermuara ke tiga prabik pengolahan air limbah nasional yaitu Kranji, Bedok, dan Changi. Selanjutnya limbah tersebut difiltrasi sebagai tahap pertama proses daur ulang air.

Penyaringan dilakukan menggunakan teknologi Microfiltration (MF). Yaitu menyalurkan air melalui lapisan khusus sehingga partikel padat dan protozoa dapat tersaring. Hasil dari filtrasi ini merupakan air yang hanya mengandung larutan garam dan molekul organik saja.

Tahapan selanjutnya, kata Chuan, yaitu proses Reverse Osmosis (RO). Berbeda dengan proses filtrasi, pada tahap RO digunakan membran semipermeabel. Membran tersebut berpori sangat kecil sehingga hanya dapat dilalui oleh partikel air saja. Zat-zat seperti bakteri, virus, logam berat, sulfat, nitrat, klorida, hidrokarbon, tersuspensi di membran ini.

Di tahap akhir, air murni tersebut kemudian didesinfeksi dengan sinar UV untuk memastikan telah melampui kualitas yang ditetapkan oleh US EPA dan WHO. Dengan sedikit penambahan unsur alkali untuk mengembalikan keseimbangan pH, NEWater pun siap untuk disalurkan pada konsumen.

Singapura juga telah merancang skema untuk melepas ketergantungan terhadap impor air dari Johor, rencananya pada tahun 2056, NEWater dapat memenuhi lebih dari 50 persen kebutuhan air nasional. “Jadi bekaca, apa yang sudah direncanakan Indonesia dalam sistem pengolahan air untuk 20 hingga 30 tahun ke depan,” ungkap Kapita Umbasan, salah satu peserta studi ekskursi. (saa/mis)

Berita Terkait