ITS News

Minggu, 22 Desember 2024
15 Maret 2005, 12:03

Prototipe RIA Mulai Digarap

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kesempatan untuk membantu saudara-saudara kita di Aceh masih terbuka lebar. Dari beragam bantuan yang bisa diberikan, rumah adalah salah satunya. Hal ini dimungkinkan dengan adanya rumah instan, ide kreatif dari tim dosen Arsitektur ITS.

Dengan modal sekitar sembilan juta, sebuah rumah mungil ini bisa dibangun. Masalah pengirimannya juga tidak sulit. Tidak diperlukan beragam kendaraan berat untuk mengangkutnya. Hunian yang diberi nama Rumah ITS-Aceh (RIA) ini dapat dikirimkan dengan mudah karena dikemas menjadi satu bagian.

Menurut Wahyu Setyawan ST MT, tim dosen di Laboratorium Perumahan dan Permukiman Jurusan Arsitektur dan perencana RIA, pada dasarnya ada dua alternatif bentuk pengiriman rumah ke Aceh. "Rumah itu nantinya bisa dikirim dalam bentuk semi knock down ataupun bahan," ujar dosen muda Arsitektur ITS ini. Dalam bentuk semi knock down, bahan-bahan rumah berupa papan telah dipotong oleh pabrik sesuai ukurannya masing-masing. "Jadi mereka di sana tinggal merangkainya saja," terang Wahyu.

Sedangkan untuk alternatif kedua, paket rumah yang dikirim masih berupa lembaran-lembaran papan yang belum terpotong. ‘Jangan khawatir, kita juga akan mengirim gergaji kecil," tambahnya seraya mengawasi pembangunan prototipe rumah tersebut di Arsitektur Jumat ini (7/1). Masing-masing dari bentuk pengiriman rumah itu akan disertai dengan modul pelaksanaan. Di dalam modul tersebut ada penjelasan terperinci bagaimana membangun rumah instan tersebut.

Proses pembangunan rumah itu pun hanya akan memakan waktu tiga hari. "Ini telah kami pertimbangkan dan kami hitung berdasarkan kondisi masyarakat Aceh yang baru dilanda bencana," lanjut Wahyu. Keyakinan itu didukung dengan cepatnya pembangunan rumah contoh tersebut dalam ukuran 1 : 1 di ITS. "Rumah ini dibangun kemarin (Kamis, red) jam 8 malam dan hingga tadi pagi telah selesai 60 persen," ujar Wahyu. Sebagian dinding dari papan dan atap seng dari rumah berukuran 4×5 meter ini memang telah terpasang baik dengan hanya mengandalkan tiga pekerja dari Arsitektur sendiri. Diperkirakan, Sabtu besok prototipe RIA selesai dikerjakan.

Dari segi sanitasi, rumah instan ini telah memenuhi standar. Terdapat pintu dan jendela yang cukup besar pada masing-masing rumah. Bahkan, pada sketsa terdapat bangunan kamar mandi di belakang rumah. Untuk lantai dasar, rumah beratap seng ini bisa menggunakan semen tanah. "Jadi mereka tidak membutuhkan banyak semen karena lantai bisa dibuat dari campuran tanah dan semen," tambah Wahyu menerangkan.

Pengaturan bagian dalam rumah ini sepenuhnya diserahkan kepada penghuni. "Untuk bagian dalam memang sengaja tidak kita beri sekat," terang Wahyu. Ini untuk mempermudah penghuni merencanakan ruangan-ruangannya sesuai kebutuhan. Namun untuk mempermudah, pada rangka atap telah disediakan ruang untuk pemasangan sekat. "Mereka tinggal memasang sekatnya saja," lanjutnya kemudian.

Soal ketahanan rumah tersebut terhadap gempa yang masih sering terjadi di Aceh, ada satu sistem tertentu yang membuat tim perencana yakin rumah tersebut dapat bertahan. "Rumah tersebut kita buat fleksibel, utamanya sambungan-sambungan antara struktur atas dengan struktur bawah," Ada semacam cowakan sebagai tempat sambungan. Dengan demikian, jika ada gempa, kerangka rumah tersebut akan bergeser pada cowakan yang telah disediakan.

Selain cepat, pembuatan RIA tidak memerlukan keahlian khusus. "Cukup dengan keahlian dasar bisa menggergaji atau menggunakan palu," ujar Prof Ir Johan Silas yang turut mendampingi tim asuhannya ini. Karena itu, tiap anggota keluarga di Aceh diharapkan bisa membangun rumahnya sendiri-sendiri sehingga timbul rasa memiliki pada rumah-rumah tersebut. (rin/tov)

Berita Terkait