ITS News

Jumat, 27 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Lab Geofisika untuk Pusat Studi Migas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ITS akan mengembangkan Laboratorium Geofisika menjadi Pusat Studi Minyak dan Gas. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan peran ITS didalam memberikan kontribusi yang lebih besar lagi terhadap potensi daerah yang begitu besar memiliki cadangan minyak dan gas bumi.

Demikian dikemukakan Rektor ITS Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA, usai menerima tamu dari PT ConocoPhillips Indonesia, sebuah perusahaan minyak milik AS, Selasa (18/1) siang. Kunjungan PT ConocoPhillips Indonesia ke ITS berkait dengan kuliah umum yang diprakarsai oleh Laboratorium Geofisika jurusan Fisika FMIPA ITS.

"Ke depan peran ITS adalah memberikan pengetahuan migas kepada pemprov dan pemkab yang memiliki cadangan migas potensial, agar jika ada eksplorasi dan eksploitasi, masyarakatnya ikut mendapatkan manfaat lebih besar lagi. Ini yang sedang kami pikirkan didalam mengembangkan Laboratorium Geofisika menjadi Pusat Studi Migas nantinya," kata Nuh.

Ditanya kemungkinan ITS untuk membuka prodi Perminyakan, Nuh menjelaskan, keinginan itu memang ada, tapi untuk membuka sebuah prodi perlu studi kelayakan lebih dulu yang menyangkut lapangan kerja bagi lulusan, sumber daya yang dimiliki serta minat masyarakat untuk masuk ke program studi itu. "Kalau melihat potensi migas di Jatim yang begitu besar, maka ke depan memang perlu dipikirkan untuk membuka program studi itu. Tapi bagi ITS yang lebih penting bagaimana sumber daya yang dimiliki sekarang, dalam hal ini laboratorium, dikembangkan lebih dulu, baru kemudian memikirkan perlu tidaknya membuka program studi," katanya.

Sementara itu, pakar perminyakan dari PT ConocoPhillips Indonesia yang tergabung dalam Association of American Petroleum Geologist (AAPG), C.Caughey juga mengakui kalau potensi minyak secara keseluruhan di Indonesia cukup besar. "Dibanding dengan Negara-negara di Eropa, Canada, Amerika Serikat dan juga Amerika Selatan, Indonesia masih memiliki cadangan minyak yang cukup besar," katanya.

Persoalannya, kata Caughey, tinggal bagaimana masyarakat Indonesia mampu memanfatkan dan melakukan eksplorasi. "Saya melihat bidang ini cukup menantang dan akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup luas," katanya.

Hal sama juga dikatakan oleh Eko Widianto dan Rachmat Mujiono yang berbicara dalam kuliah umum tersebut. Menurut Eko, memang dalam proyeksi dan asumsi eksplorasi yang ada saat ini, hingga tahun 2025, produksi minyak Indonesia akan terus menurun, karena itu penurunan itu harus ditopang dengan upaya-upaya ekspolrasi di daerah-daerah baru. "Saya yakin melalui peningkatan eksplorasi dan pemanfaatan teknologi yang terus berkembang pada saatnya nanti produksi minyak Indonesia akan mengalami kenaikan lagi," katanya.

Sementara Rachmat lebih melihat pengalaman lapangan yang ada di Jatim, dimana potensi migas di daerah lepas pantai utara Jatim begitu potensial untuk dikembangkan. "Ini adalah tantangan ke depan yang harus dihadapi, itu sebabnya kenapa PT ConocoPhillips Indonesia perlu menginvestasikan modalnya di Jatim untuk menggarap minyak yang berada di lepas pantai utara Jatim terutama di Madura," katanya. (Humas/tov)

Berita Terkait