ITS News

Minggu, 06 Oktober 2024
03 September 2018, 20:09

Indonesia Butuh Badan Penanggulangan Bencana Desa

Oleh : itsmis | | Source : -

Badan Nasional Penanggulangan Bencana saat melakukan evakuasi korban bencana (Sumber: lek2pn.org)

Kampus ITS, ITS News – Melalui UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, pemerintah telah diberi amanat untuk melakukan kajian dan aksi sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana. Namun, Dr Ir Amien Widodo MSi, Ahli Mitigasi Bencana ITS mengatakan, mitigasi bencana mutlak tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, termasuk di dalamnya Badan Penanggulan Bencana.

Oleh karenanya, paradigma lama tentang gempa harus dialihkan ke paradigma modern. Dimana gempa tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang harus diterima begitu saja, melainkan tentang bagaimana penanggulangan risiko setelah terdampak gempa.

Lebih lanjut, Amien menyarankan, setiap daerah di Indonesia seyogyanya melakukan kajian terkait potensi gempa yang dimiliki untuk memudahkan langkah antisipasi. “Berbeda daerah, tentu berbeda risiko, dan berbeda cara penanganan,” jelasnya.

Tak hanya membuat infrastruktur tahan gempa dan sosialisasi penyelamatan diri, bagi daerah dengan potensi gempa yang besar, Amien memandang Badan Penanggulangan Bencana Daerah saja tidak cukup untuk meminimalisir risiko.

Menurutnya, diperlukan Badan Penanggulangan Bencana Desa yang memberikan ruang bagi setiap desa untuk memberdayakan dirinya sendiri ketika terjadi bencana. “Desa adalah daerah paparan pertama ketika terjadi gempa, untuk itu mengandalkan pemerintah daerah saja tidak akan cukup,” beber Dosen Teknik Geofisika ITS ini.

Terlebih, gempa juga dapat berpotensi memutus akses dan komunikasi suatu wilayah. Sehingga, kata Amien, potensi daerah tersebut terisolasi akan sangat tinggi. Oleh karena itu, masyarakatnya pun harus dibekali cara melindungi diri.

Amien berharap melalui Badan Penanggulangan Bencana Desa dapat dihasilkan kader-kader terlatih yang tidak hanya menyosialisasikan cara perlindungan diri. Namun, juga paham betul alur evakuasi dan penyelamatan pertama. “Agar tidak hanya berpangku tangan sembari menunggu bantuan datang,” urainya sembari tersenyum.

Diakhir, Amien berpesan, sebagai masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa sudah seyogyanya gempa dijadikan bagian dari hidup layaknya fenomena alam lainnya. “Gempa adalah fenomena alam, bukan kutukan. Buang jauh-jauh paradigma tidak ada yang bisa dilakukan ketika terjadi gempa, tingkatkan pengetahuan terkait mitigasi bencana dan tetap mawas diri,” pungkasnya. (las/owi)

Berita Terkait