ITS News

Sabtu, 28 September 2024
02 Oktober 2018, 16:10

Bahas Printer 3D, ITS Edukasi Mahasiswa Surabaya

Oleh : itsmis | | Source : -

Direktur Konsulat Jenderal Amerika Surabaya, Christian Natamado Simanullang, Ketika Memberikan Materi

Kampus ITS, ITS News – Dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan serangkaian acara bertajuk Facing Industrial Revolution 4.0 Engineers (FIRE) yang berfokus pada pelatihan mahasiswa Surabaya dalam hal 3D Printing. Adapun workshop perdana kegiatan ini berlangsung pada Jum’at (28/9) bertempat di Auditorium Sinarmas Departemen Teknik Industri ITS.

Kegiatan FIRE dibuka oleh Dr Maria Anityasari ST ME selaku Direktur Hubungan Internasional ITS. Alumni University of New South Wales, Sydney ini mengatakan bahwa program FIRE ITS telah menjadi sorotan bagi beberapa universitas di Amerika dan Australia. Hal ini disebabkan oleh kegiatan cepat tanggap ITS dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 yang sedang merambah di dunia.

Maria menekankan, dua ratus mahasiswa yang hadir dalam workshop ini telah berhasil menggugurkan 720 peserta lainnya dalam proses seleksi. “Lebih dari sembilan ratus mahasiswa yang mendaftar pada program ini, kemudian dengan berbagai mekanisme seleksi kami kerucutkan menjadi tiga ratus orang, kemudian pada tahap terakhir berkurang lagi menjadi dua ratus peserta,” cetusnya.

Maria melanjutkan, dua ratus peserta terpilih ini berasal dari tujuh belas kampus di Surabaya, termasuk ITS. “Seluruh peserta akan melalui serangkaian proses brainstorming dan review ide untuk mengembangkan produk 3D Printing mereka sendiri,” tuturnya.

Peserta FIRE Ketikan Melakukan Brainstorming Ide

Salah satu pemateri, Dosen Departemen Desain Produk Industri ITS, Djoko Kuswanto ST M Biotech sempat memaparkan kepada mahasiswa mengenai seluk beluk 3D printing itu sendiri. Ia mengungkapkan bahwa ada lima poin besar yang harus diingat dalam proses mendesain sebuah produk, diantaranya adalah nilai fungsi, pasar, teknik, produksi dan estetika.

“Nilai fungsi merupakan yang terpenting, karena hal itu menentukan bagaimana akhir dari sebuah produk, apakah berhasil ataupun tidak. Kita harus membuat produk yang benar-benar dibutuhkan secara krusial oleh masyarakat,” terangnya.

Pemateri lain, Direktur di Kantor Konsulat Jenderal Amerika Surabaya Christian Natamado Simanullang menjelaskan mengenai pentingnya problem identification dan critical thinking. Ia mengatakan, otak manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui apa yang belum diketahui. “Jika Einstein mampu menggunakan akalnya untuk berpikir dan berkhayal akan ilmu yang belum pernah ada, kita seharusnya juga bisa,” selorohnya.

Mengenai peserta FIRE sendiri, Christian mengatakan bahwa Ia sangat optimis terhadap potensi yang mereka miliki. “Saya yakin, dua ratus peserta yang lolos ini mampu melampaui ekspektasi kami. Saya tidak sabar untuk melihat hasil dari kegiatan ini,” pungkasnya. (ion4/qi)

Salah Satu Peserta FIRE Antusias Memaparkan Idenya

Berita Terkait