ITS News

Jumat, 27 September 2024
04 Mei 2005, 12:05

Mahasiswa ITS Presentasikan Nasib Bangunan Kuno Surabaya di Jepang

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Siapa bilang anak muda Surabaya tidak peduli lagi dengan bangunan-bangunan kuno di kota ini? Buktinya, Musa Al Farid, Mahasiswa Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, merasa terusik dengan pembongkaran bangunan-bangunan kuno menjadi pusat perbelanjaan atau pertokoan. Ini karena arsitektur yang baru berbeda dengan langgam arsitektur kolonial sebelumnya.
Diakui mahasiswa kelahiran Surabaya, 28 Januari 1984 ini, ia memang tidak bisa berbuat apa-apa menyaksikan semua itu. “Tapi minimal saya telah menyampaikan persoalan ini dalam forum yang lebih luas, pada kesempatan menjadi delegasi di pertemuan Osaka Invitational Program in Architecture and Art, akhir tahun 2004 lalu,” katanya.
Di forum yang dihadiri orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur dari berbagai negara ini, Musa mempresentasikan makalah berjudul Visual Imposition of Surabaya Colonial Architecture versus Modern Architecture. Isi dari makalah ini berupa keterusikannya terkait dengan hilangnya identitas Surabaya sebagai kota tua, sedikit demi sedikit.
“Saya mendapat banyak ilmu tentang arsitektur dalam forum itu, dan saya juga mendapatkan banyak masukan tentang bagaimana sebuah kawasan atau bangunan harus direservasi atau dikonservasi,” katanya. Tidak tanggung-tanggung, ia langsung mendapatkan ilmu dari seorang arsitektur kelas dunia dari Jepang, Tadao Ando, yang pernah mendapatkan Pritzker Award, penghargaan bidang arsitektur kelas dunia.
Apa yang disampaikan Ando pada Musa dan delegasi lainnya? “Sebagai seorang arsitektur yang belajar arsitek secara otodidak, pemikiran-pemikirannya sangat luar biasa dan begitu mempedulikan aspek lingkungan untuk membangun sesuatu,” kata Musa. Misalnya, konsep yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang arsitektur menurut Ando adalah paham bahwa karya arsitektur merupakan milik masyarakat yang seharusnya selalu mempunyai arti kepada masyarakat di sekitarnya. “Tadao Ando menekankan, betapa karya seorang arsitektur bukan merupakan objek yang berdiri sendiri, tapi dia ada sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya,” katanya.
Menurut mahasiswa yang berada di level 4 untuk kemampuan bahasa Jepang (Nouryoku Shiken) ini, hal inilah yang seringkali masih dilanggar oleh para arsitektur di Indonesia didalam menghadirkan sebuah karya atau mengubah sebuah bangunan kuno. “Pendekatannya atau orientasinya masih pada kepentingan ekonomi, bukan kepentingan publik yang juga harus bisa menikmati atau memanfaatkan bangunan yang dibuat atau dibangun,” ujarnya.
Dalam rangkaian apa Musa diundang dalam forum tersebut? Alumni SMA Negeri 2 Surabaya ini mengatakan, ia berada di Jepang selama sebulan memenuhi undangan dari Osaka Prefecture Government yang atas bantuan dari Tadao Ando, untuk hadir dalam forum Osaka Invitational Program in Architecture and Art. “Sebuah kegiatan tahun yang kali ini mengambil tema Creativity in Preservation and Development. Dari Indonesia ada tiga perguruan tinggi yang hadir masing-masing ITS, Udayana dan UGM. Dari negara lain mereka yang hadir tidak selalu dari perguruan tinggi, tapi juga ada beberapa pekerja porefesional di bidang arsitektur,” katanya mengisahkan.
Diungkapkan Musa, selama berada di Jepang, para delegasi diberi kesempatan untuk melakukan magang kerja ke beberapa perusahaan konstruksi dan desain, selain mengunjungi beberapa perguruan tinggi di sana untuk menyampaikan buah pikiran dari daerah asal. “Saya berkesempatan dua minggu magang di Zentiaka Corporation, sebuah perusahaan konstruksi. Banyak hal yang bisa diambil saat saya berada di sana, terutama yang paling berkesan adalah semangat kerja keras, disiplin, dan sopan,” katanya.
Di bidang arsitektur, kata Musa yang menjadi pimpinan redaksi majalah Himpunan Mahasiswa Arasitektur menambahkan, bangsa Jepang sedemikian
peduli terhadap masa depan anak-cucu mereka. “Ini terlihat dari penataan dan bentuk bangunan yang kini sudah berdiri, disiapkan bukan hanya untuk masyarakat yang ada sekarang, tapi juga sudah diantisipasi bagi perkembangan anak-cucu mereka,” katanya. (Humas/rin)

Berita Terkait